Minggu, 21 April 2013

Memahami Metode Ilmiah

Metode ilmiah  merupakan cara penalaran ilmiah berupa pemikiran dan disertai tindakan, cara kerja empiris, dan prosedur pengujian, yang sudah dipilih dalam rangka mengembangkan pengetahuan yang telah ada beserta strukturnya. Dalam artian, metode ilmiah memiliki urutan, tatacara, langkah-langkah yang sudah “dibakukan”. Metode ilmiah merupakan metode utama dalam sains karena sifatnya yang empiris. 

Dalam kelahirannya, Metode ilmiah mempunyai dua momen yakni yang pertama adalah momen kesadaran akan adanya masalah  dan ini melahirkan momen kedua yaitu proses berpikir baru untuk memecahkan masalah. Dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah, sangat disadari kemungkinan timbulnya kecenderungan untuk ‘mengarahkan’ hasil penelitian  sesuai dengan hipotesis yang telah dibangun. Dari hal ini menurut Rene Discartes, bapak filsafat modern, perlunya keraguan metodis. “ragukan segala sesuatu”. Demikian bunyi motto Discarter.  

Keraguan metodis diperlukan bagi diri seorang ilmuwan  karena bidang kerjanya senantiasa melahirkan pertanyaan. Apakah menyangkut metode itu sendiri atau realitas yang ada disekitarnya. Keraguan metodes tadi tidak dimasudkan untuk meragukan segala sesuatunya sampai menghentikan proses pencarian pengetahuan. 

Proses menemukan pengetahuan oleh ilmuwan juga menggunakan metode yang dalam ilmu alam disebut siklus empirik yang komponen-komponennya antara lain a. observasi b. Induksi c. Deduksi d. Eksperimen e. Evaluasi.  Dalam ilmu sosial dan humanistik, siklus empirik tidak dilakukab secara ketat sebab pengamatan empiris dalam ilmu sosial sering tidak menunjukkan kemurnian sebab akibat seperti yang ada dalam ilmua alam. 

Metode ilmiah yang dikenal terdiri dari tiga macam yakni : a. metode abduksi, b. metode induksi c. Metode deduksi.  Metode induksi sendiri adalah metode yang paling berperan dalam perkembangan sains. Metode abduksi sendiri adalah metode yang dibahas oleh C.S. Pierce. Menurut Pierce, penemuan pengetahuan dilatari oleh pengajuan berbagai hipotesis dan diakhiri dengan proses penyimpulan. Meskipun hipotesis yang dilahirkan seorang ilmuwan sedemikian banyak, dengan imajinasinya yang kuat, tetap saja hanya satu hipotesis yang bisa diajukan yakni hipotesis yang paling masuk akal, paling bisa diterima, hipotesis yang bisa diuji, dibuktikan dan diterima.

Metode Deduksi sendiri adalah bentuk silogisme (bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yg terdiri atas premis umum, premis khusus, dan simpulan) dari proposisi (ungkapan yg dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar-tidaknya) yang menjadi dasar hipotesis. Penalaran deduktif berbasis pada silogisme terdiri atas dua bagian yaitu premis mayor dan premis minor. Premis mayor didasarkan pada suatu apriori atau self-evident proposition yang bersifat umum. Sedangkan premis minor merupakan contoh khusus dan dilanjutkan pada suatu kesimpulan.

Contoh : 
Pernyataan pertama : Semua manusia akan mati 
Pernyataan kedua : Pak Amir adalah manusia 
Kesimpulan : Pak Amir akan mati 

Pernyataan pertama : Semua oksida dari unsur logam-logam alkali bersifat basa (premis mayor)
Pernyataan kedua : Na2O adalah oksidan logam alkali (premis minor)
Kesimpulan : Jadi Na2O bersifat basa (kesimpulan)

Contoh lain dalam bidang pendidikan:
Pernyataan pertama : Anak-anak yang pintar mempunyai IQ lebih dari 130
Pernyataan kedua : Amir mempunyai IQ 135
Kesimpulan : Amir adalah anak yang pintar

Penalaran deduktif mulai dari pernyataan yang bersifat umum kemudian dicari contoh pada subyek tertentu untuk membuktikan apakah keteraturan yang bersifat umum tersebut berlaku.  Bila keteraturan berlaku pada subyek khusus maka subyek khusus itu merupakan bagian dari pernyataan umum. Dapat juga dikatakan bahwa deduksi bersifat tertutup karena kesimpulan yang diambil tidak boleh ditarik dari luar premis mayor. Asalkan semua premisnya benar, maka kesimpulan yang diambil secara deduktif juga akan benar. Deduksi ini banyak digunakan sampai sekarang untuk menjelaskan suatu bagian.  Proses deduksi adalah proses “jika-maka”. Dalam kenyataannya sering terjadi “jika, jika, dan jika, maka.”

Metode Induksi Dalam Sains dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) seorang filsuf dan matematikawan asal Inggris.  Bertolak dari sejumlah proposisi kecil dan khusus untuk menarik kesimpulan umum. 


Ilmuwan bergerak dari fenomena tunggal dan fakta yang ada untuk ditarik kesimpulan umumnya dan dinyatakan berlaku umum. Beda dengan metode deduksi yang sifatnya pasti, metode induksi kadang-kadang bersifat spekulatif. Sifat sementara dari hipotesis dipertahankan sampai ditemukan kebenaran baru. Tidak ada ukuran pasti apakah fakta yang kita gunakan sudah cukup untuk membuat sebuah generalisasi. Perdebatan tentang metode induksi
  • para rasionalis beranggapan obyektifitas dalam metode induksi cenderung reduksi
  • para rasionalis beranggapan para emperis telah dicemari oleh hipotesisnya sendiri untuk menarik kesimpulan
  • Fakta yang digali tidak pernah lengkap dan tidak pernah mencakup seluruhnya
  • Kebenarannya tidak pernah bersifat mutlak
Ada beberapa aturan yang dianut dalam metode induksi. Bacon memberikan beberapa kaidah metode induksi  untuk mereduksi perdebatan dari kaum rasionalis. Di antaranya :
a.    Bebas dari spekulasi (anggapan, dugaan, harapan, asumsi) agar terhindar dari “bias ilmiah” 
b.    Sedapatnya perhatikan dan catat fakta yang menjadi kontradiktif
c.     Adakan evaluasi setelah pengumpulan dan pencatatan fakta
d.    Ingatlah bahwa dalam proses induksi, sifat sementara harus senantiasa ada dalam pikiran
Ada beberapa kelemahan dari Metode Induksi ini yaitu : a. fakta yang diamati tidak dapat lepas dari persepsi manusia; b. fakta tidak pernah tampil sebagai fakta saja ; c. metode induksi tidak pernah lengkap.

Dalam metode induksi juga sering terjadi beberapa kesalahan dalam penarikan kesimpulan sehingga untuk menghindari hal tersebut b eberapa hal mesti diperhatikan untuk melegitimasi induktivisme: a. jumlah pernyataan yang berasal dari pengamatan harus banyak ; b. pengamatan harus diulangi dalam kondisi yang berbeda-beda; c. tidak boleh ada pernyataan yang berdasarkan pengamatan namun bertentangan dengan hukum universal

Penjabaran hukum dan teori ilmiah 



Catatan Kuliah. Malang, 28 Juli 



5 komentar :

  1. Balasan
    1. biasa-biasa ji kanda, masih terus berproses dan bermetamorfosis

      Hapus
  2. GURU KAMPUNG boleh diartikan guru kampungan yang polos, bodoh dan kurang pengalaman tentang perkembangan kemajuan tapi lucu. Bila ternyata ada guru dari kampung pegunungan yang sudah mengetahui perkembangan kemajuan IPTEK dan dengan ilmunya mampu menginformasikan berarti dia adalah guru kampung yang hebat walau asalnya dari pinggiran atau pegunungan. he he he.....

    BalasHapus
  3. Melihat dan membaca blog in rasanya aku mau kembali jadi muda menuntut ilmu sebanyak-banyaknya sampai dimanapun. ahaai...

    BalasHapus
    Balasan
    1. usia bukan halangan. Paling penting semangatnya.. semangat kakanda yang menyala-nyala (saya merasakannya) adalah modal besar. Banyak orang muda tapi gak punya semangat kayak seniorku ini...

      Hapus