Minggu, 31 Maret 2013

Jejak Kaki di Gunung Bromo (III)

Usai menyaksikan the famous sunrise, destinasi selanjutnya adalah ke TKP utama yaitu Gunung Bromo. Masih menggunakan pick up, rombongan kami pun meluncur turun menyusuri jalan yang masih berkelok-kelok. Menurutku kontur jalan dari Penanjakan ke Bromo terbilang curam. Kirinya jurang sebelah kanannya hutan. Kendati sudah diaspal, sopir dituntut waspada. Kondisi kendaraan, terutama rem, harus dalam performa terbaik. Sebab jika saja rem tiba-tiba blong, ya sudah…gelap! Di beberapa titik, ada papan peringatan “gunakan gigi 1 turunan curam”. Maksudnya dengan gigi 1 , laju kendaraan akan berkurang karena adanya engine break  jadi sopir tidak perlu menekan pedal rem terus menerus. Bisa hangus tu kampas.

Menggunakan pick up terasa jauh lebih nikmat. Benar! Kami lebih leluasa menikmati indahnya panorama pagi  dan segarnya udara hutan di sepanjang jalan. Apalagi, kawan-kawan terutama Pak Pras dan  Pak Yan selalu melucu, suasana jadi lebih fresh. Udara beku yang semalam kami rasakan perlahan mencair. Kalau pakai jeep, kendati lebih nyaman dan aman, tetapi kita gak akan seleluasa di atas pick up.



Saat punggung Gunung Batok yang bergurat-gurat anggun mulai terlihat jelas dibalik pepohonan, beberapa kawan  refleks  berseru “Ya Allah indahnya”…”Subhanallah indahnya”…”Menyesal seandainya aku tak ikut”. “Ayo pak, direkam…difoto!” seru Bu Baiq, kawan kami dari Lombok, sembari menyodorkan kameranya padaku. Yang lain juga tidak mau ketinggalan momen indah itu. Memang betul-betul indah!!

Tempat pertama yang kami tuju adalah padang savana. Savana Bromo,sebuah tempat yang terletak di selatan Gunung Bromo, terletak pada sebuah lembah hijau yang di kelilingi tebing-tebing menjulang tinggi dan beberapa punggungan gunung kecil (kami menyebutnya Bukit Teletabies). Padang rumput Bromo sangat luas. Jika ke savana anda akan merasakan seolah-olah tidak berada di Gunung Bromo. Kontras sekali karena jalur mencapai savana adalah lautan pasir. Spesies rumput dan herba yang tumbuh di Savana Bromo sangat unik karena di tempat lain aku tidak pernah melihat tanaman seperti itu sebelumnya. 


Kenyang menikmati kesegaran savana, mobil kami melaju menuju destinasi rakhir yaitu puncak Bromo. Kawasan ini di kelilingi lautan pasir yang cukup luas. Sekitar seratusan jeep nampak berjejer di parkiran khusus. Untuk mencapai puncak Bromo, kita harus berjalan kaki melewati hamparan pasir. Jika tidak kuat berjalan kaki anda bisa menunggang kuda. Uang sewanya antara Rp 25 ribu – Rp 100 ribu (tergantung nego). Beberapa kawan, terutama yang ibu-ibu, mengurungkan niat mendaki puncak akibat kelelahan.
 



Sebelum benar-benar mencapai puncak dan menyaksikan kawah gunung yang disucikan penduduk tengger itu, kami harus melewati 250 anak tangga yang terjal. Beruntung  hari itu bukan hari libur sehingga tangga yang lebarnya cuman satu meter itu tidak disesaki pengunjung. Benar-benar melelahkan! Tapi, Alhamdulillah karena rasa penasaran yang luar biasa, aku bersama Hamzah, Hana, Titin, Yan, dan Pras sampai juga di bibir kawah. Aroma belerang pun  menyeruak di hidung kami. Tepian kawah diberi pagar cor  untuk keamanan pengunjung.  Setiap tahun, penduduk Tengger yang beragama Hindu melabuhkan sesajen di kawah ini. Sesajen berupa hasil tani atau ternak diberikan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur mereka terhadap Sang Pencipta. 

Puas bermain di bibir kawah gunung yang sudah tiga kali meletus itu, kami pun bergegas turun. Hembusan angin yang menerbangkan pasir mulai bermunculan. Beberapa kali kami harus menutup rapat-rapat bagian kepala untuk menahan badai pasir. Sinar matahari juga semakin menyengat. Butuh waktu sekitar setengah jam untuk tiba kembali di pelataran parkir. Jejak kaki kami di hamparan pasir Bromo sudah menghilang tertiup angin. Namun jejak kenangan, kekaguman, dan kebersamaan kami telah melebur dalam butiran-butiran pasir  dan aroma edelweis Bromo.  

Kamis, 28 Maret 2013

Mengaplikasikan Bel Sekolah Otomatis

Berawal dari seringnya kepala sekolah "marah-marah" karena bel  telat dipukul sehingga kegiatan belajar sering molor dari waktu yang telah dijadwalkan, maka timbul ide kreatif untuk memasang bel otomatis berbasis komputer di sekolahku. Bel otomatis maksudnya adalah bel yang berbunyi dengan sendirinya sesuai dengan  time set up-nya. Kadang-kadang memang, para guru keasyikan ngobrolnya, termasuk guru piket, sehingga pada lupa memukul lonceng tanda masuk atau tanda istirahat. Kerap terjadi, guru yang mengajar di kelas jadi sering melongok dari pintu kelas, mengecek mengapa tak ada yang ada memukul lonceng. heheheee, capek mengajar!

Ditambah  lagi, sebuah SMP favorit di kota sudah  menggunakan bel jenis ini. Setiap pergantian pelajaran, terdengar suara merdu dalam Bahasa Inggris yang mengingatkan waktu pelajaran. Kedengarannya canggih gitu! Keadaan ini memaksaku untuk berpikir kreatif (ceileehhh). Kucoba mencari info dapat darimana tuh barang. Rupanya, kata kawan yang mengajar di SMP favorit itu, bel itu berbentuk software dan dibeli seharga Rp 2 juta. Bussyeettt! mahal kali. Kepsekku pasti menolak kalau uang segitu hanya untuk beli program. Dana darimana?

Dasar suka yang gratisan, kucoba tanya ama paman google. Alhamdulillah! software bel cukup banyak bertebaran di internet. Setelah mencoba berbagai jenis, pilihanku jatuh pada sebuah sofware bel yang meskipun sederhana, namun kesederhanaanya itulah yang membuat terpesona.  Sound default software masih sangat simple sehingga dibutuhkan modifikasi sound agar ketika dibunyikan, guru dan para siswa mengerti perintah bel tersebut. Cukup mudah membuat modifikasi sound. Kita bisa menggunakan sofware cool edit pro, yang juga cukup banyak di internet.

Agar lebih optimal, software bel yang  sudah dipadukan dengan sound modifikasi kita, dipasangkan pada komputer yang time set upnya sudah kita sesuaikan dengan jam pelajaran di sekolah. Kita juga harus menambahkan beberapa perangkat seperti amplifier atau sound mixer, serta beberapa speaker. Kalau di sekolahku cukup pasang tiga speker TOA. Dengan perangkat ini, suara bel lumayan sukses menggelegar sampai di sudut-sudut belakang sekolah. Kelemahannya, bel ini tidak akan terdengar kalau lagi mati lampu...heheheee. Jadi lonceng besi tetap disiagakan.

Kini,  kepala sekolah sudah gak ngomel-ngomel lagi tuh. Kawan-kawan guru pun sudah tidak saling menyalahkan  guru piket. Jadwal tepat dan belajar pun jadi cermat! Kalau kawan-kawan guru ingin coba bagaimana nyamannya mengaplikasikan bel ini di sekolah, silahkan download bel sekolah di sini. Aku benar-benar lupa di situs mana mendowload software ini, sehingga sumbernya tidak bisa aku cantumkan. Kepada pemiliknya mohon maaf ya!


Jejak Kaki di Gunung Bromo (II)


Salah satu tujuan utama orang-orang berwisata ke Bromo adalah menyaksikan matahari terbit (sunrise). “Apa ya istimewanya melihat matahari terbit? Di kampung juga tiap hari ada matahari terbit,” ujar sebagian kawan yang enggan ke Bromo.  Tetapi alasan ini tidak meruntuhkan hasratku menjejakkan kaki di kawasan yang tekenal dengan upacara Kasadanya itu.

Nah lanjut lagi ceritanya…
Sambil menunggu saat yang tepat untuk berangkat ke Penanjakan, tempat melihat matahari terbit, kami terlibat “perdebatan kecil”  jenis tumpangan yang akan kami gunakan. Jarak Penanjakan dengan Tosari sekitar 9 km dengan kontur menanjak (namanya juga penanjakan). Ada dua pilihan yang ditawarkan warga pada kami, naik Jeep (hardtop) atau pick up (open cap). Jeep dan pick up sewanya sama Rp 600 ribu pulang pergi. Bedanya, jumlah muatannya. Kalau jeep, cuma mampu muat enam orang. Jadi, dengan rombongan sebanyak 12 orang butuh dua jeep artinya uang yang mesti disiapkan Rp 1,2 juta. Kalau pick up muat 12 orang, jadi lebih irit setengahnya. Selain itu, jeep lebih power full  sedangkan pickup gak ada yang bisa jamin. Setelah menimbang-nimbang (tak ingin terpisah-pisah dan mmmhhh beasiswa belum cair) kami memutuskan menggunakan pick up aja.
Bbbmmmmmmm, sebuah mitsubishi tua jenis L300 sudah terparkir di hadapan kami. Barang-barang bawaan seperti termos, air mineral, dan nasi, segera kami pindahkan ke atas pick up. Jadilah kami bertumpuk-tumpuk di atas mobil berwarna coklat itu. Mobil tua itu pun merayapi punggung penanjakan  dengan gagah perkasa….


Seru-seruan di atas pick up tua

                          

Sekitar setengah jam kemudian,  kami sudah tiba di bibir penanjakan. Hawa dingin menusuk tajam. Suara angin yang melesat di puncak penanjakan ini terdengar menderu. Seperti suara badai….kami betul-betul diterkam kedinginan, bbrrrrrrr. Penanjakan ini memiliki ketinggian sekitar 2700 dpl (di atas permukaan laut). Untunglah warung-warung di area ini menyiapkan tungku perapian yang mengurangi sedikit. Jaket sewaan  yang disiapkan pemilik warung pun segera berpindah tempat. Harga sewanya Rp 5000. Lumayan menghangatkan badan yang sudah berbalutkan 4 lapis kain, mulai kaos dalam, kaos luar, sweater, dan jaket.  Di tempat ini kami segera melahap nasi yang di bawa dari Malang. Hihihihhi ayamnya ikutan kedinginan. Makanya jadi keras.

Menjelang subuh, rombongan kami bergegas menuju puncak Penanjakan. Jaraknya tak sampai 50 meter. Kawasan penanjakan sangat terkenal karena merupakan point of  view paling favorit para wisatawan menyaksikan matahari terbit dan kawasan bromo dari ketinggian. Benar saja, di puncak ini sudah ada ratusan orang. Namun sebelum benar-benar stay, kami shalat subuh dulu. Sebenarnya aku ingin tayammun aja saking enggannya bersentuhan dengan air. Tapi tidak ada alasan bertayammun kalau air tersedia, makanya aku mengikhlaskan diri mengambil air wudhu….brbbrrrrrrrr airnya duuuiiiingiiiiiiin,  Shalat subuh pun sukses terlaksana walaupun tubuh gemetaran.

Sekarang tiba saatnya mencari posisi yang tepat mengabadikan momen sunrise. Area untuk melihat matahari terbit dipagari dengan terali besi untuk mencegah hal-hal buruk. Aku bersama  Hamzah menyelinap di antara puluhan orang. Rupanya, selain wisatawan domestik, banyak juga pelancong dari luar negeri seperti eropa dan China (mungkin Korea juga, gak bisa bedain). Melihat orang-orang pada banyak menggunakan kamera DSLR, aku jadi segan mengeluarkan kamera digitalku yang sudah butut.  Namun ternyata, yang menggunakan kamera hp tak kalah banyaknya. Ini dia beberapa momen indah di Penanjakan...  

"The Amazing Sunrise" Matahari yang terbit dari balik Gunung Arjuna
                                                    

Gunung Bromo dan Gunung Batok dengan Latar Gunung Semeru Dilihat dari Puncak Penanjakan


Rabu, 27 Maret 2013

Bahan Ajar Multi Media

Setelah beberapa hari menyusun bahan ajar multimedia sebagai tugas MK MEDIA PEMBELAJARAN IPA, akhirnya selesai juga tuh barang. Kawan-kawan guru yang pengen mendownload...silahkan!! 

Jejak Kaki di Gunung Bromo (I)

Melihat kawah Gunung Bromo secara langsung adalah impian yang  lama terpendam. Kisah  Joko Seger dan Roro Anteng, yang menjadi roh dari kawasan Bromo, adalah legenda yang sering kubaca di perpustakaan sekolah waktu  masih SD dulu. Yah, menjadi bagian imaginasi kecilku karena letak Bromo yang memang jauh sekali dari tempat tinggalku di Sulawesi Selatan. Banyak kisah tentang gunung-gunung di pulau Jawa, seperti Gunug Merapi, Gunung Lawu, Gunung Kawi, Gunung Kelud, yang terselip dalam berbagai cerita di majalah, koran, sandiwara radio, atau sinetron TV, yang mungkin mengisi imaginasi anak-anak kecil seperti diriku dulu. Nah, melihat secara langsung apa yang sering dikisahkan dalam berbagai buku cerita itu, tentu membangkitkan emosi tersendiri. Apalagi kalau bukan rasa kagum dan perasaan kecilnya diriku di hadapan ciptaan Allah SWT. 

Meskipun hasrat mendatangi Bromo sudah terencana sejak aku kuliah di salah satu PT di Malang tahun 2012 lalu, namun baru 20 Maret 2013, keinginan itu terkabul. Kawan-kawan mahasiswa di Program Studi IPA tiba-tiba saja sepakat berangkat sore itu juga, padahal diskusi tentang rencana ke Bromo baru dibicarakan siangnya. Terpaksalah aku mengacungkan tangan tanda setuju setelah "dipaksa-paksa" sama Hamzah, sohibku.  Padahal baru kemarin aku tiba dari Mamuju setelah menumpuh perjalanan 24 jam. Kondisi tubuhku pun kurang sehat. Badanku agak demam dan hidungku meler gara-gara pilek. 
Tidak apa-apalah, "kapan lagi" ujarku dalam hati. Segera kubayar ongkos transport Rp.100 ribu tanda persetujuan. Penasaran dengan Bromo, kubaca salah satu artike;l di sebuah blog yang menyarankan agar jangan ke Bromo kalau tubuh tidak sehat. "Ah..persetan, pokoknya berangkat dah," kataku meskipun agak khawatir juga  sih. 

Pukul 22.00 kami sudah standby di depan kampus UM, menunggu mobil rental menjemput sambil menikmati susu jahe. Nah ini pic-nya.
   


Tak lama, dua all new avansa hitam datang dan melaju mengantarkan kami ke Tosari, salah satu desa yang harus disinggahi kalau ingin ke Bromo. Perjalanannya memakan waktu kurang lebih dua jam. Jalan menuju Tosari bener-bener gila menurutku. Penuh tanjakan dan penuh belokan. Kalau gak tahan, pasti mabuk. Benar saja, salah seorang kawan (Ibu Baiq) yang duduk di bangku tengah muntah. Hihii ..kacian!!

Sekitar pukul 13.00 kami sudah tiba di chekpoint I di Tosari. Sepi! tak ada mobil lain selain mobil yang kami tumpangi. Begitu turun dari mobil, rombongan kami yang berjumlah 12 orang tak hanya di serbu hawa dingin. tetapi juga diserbu pedagang asongan dan penawar jasa penginapan/travel. Berbagai perlengkapan penahan dingin pun berpindah tempat dari kotak dagangan ke tubuh kawan-kawan. Ada yang beli tutup kepala, syal, sarung tangan, kaos kaki. Harganya lumayan murah, Rp 15 ribuan per part. Harganya sama saja di Malang. 
Sambil menunggu pukul 03.00 dinihari, kami menikmati hangatnya kopi susu dan segelas mie. Tak lupa berpose...







Senin, 25 Maret 2013

Performa New Vixion 2013





VIVAnews – Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) baru saja mengubah motor sport racikannya, V-Ixion. Dengan tampilan baru, Yamaha optimis V-Ixion tetap menjadi motor sport paling laris di Tanah Air.Kali ini, VIVAnews mendapatkan kesempatan langsung untuk mencicipi New V-Ixion Lightning. Yang kebetulan digunakan dalam touring Jakarta-Bogor-Puncak bersama Forum Wartawan Otomotif.Sebelum menjelaskan performa, VIVAnews akan membeberkan sedikit perubahan pada New V-Ixion Lightning. 

Secara kasat mata, meski tetap sama menggunakan rangka deltabox, bodinya terlihat lebih besar, terutama pada bagian tangki yang menggelembung, padahal kapasitas tangki bensin masih tetap sama, yaitu 12 liter.Yang istimewa dari tangki ini adalah lekukan desain yang dibuat lebih modern dan futuristik, ditambah lagi double key shutter.Dimensi motor ini memang mengalami revisi, mulai dari panjang yang awalnya 2.000 mm menjadi 2.010 mm, sedangkan tinggi motor lebih rendah dari 1.035 mm menjadi 1.030. Sementara lebar tetap sama. 

Namun berat New V-Ixion Lightning bertambah, yang awalnya 125 kg jadi 129 kg.Motor 150cc ini terlihat lebih kekar di bagian kaki-kaki, itu berkat penggunaan ban depan berukuran 90/80-17M/C 46P dan ban belakang 120/70-17M/C 58P.Aura sporty makin kental, dimana behel (hand grip) bagian penumpang langsung menempel dengan bodi. Sayangnya, saat mencoba menggenggam sedikit sulit lantaran sempit.Hal lain yang mengganjal dari motor ini adalah posisi plat nomor yang terletak di atas headlamp. Namun, Yamaha beralasan itu sengaja didesain agar plat nomor tidak menghalangi hembusan angin ke arah radiator.

Performa

Saat menyalakan kunci starter, Yamaha menerapkan high tech speedometer. Hal itu dapat dilihat saat memutar kunci kontak ke On, lampu indikator menyala, tulisan “Hi Bro” menyapa, dan suara mesin pun mulai meraung.Untuk Anda yang memiliki tinggi badan 165 cm, jarak kaki menapak ke tanah tidak perlu terlalu jinggit. Hanya saja posisi stang terasa jauh. Namun, bagi Anda yang memiliki tinggi badan di atas 165 cm tidak terlalu bermasalah.Saat mulai melaju, tarikan gas New V-Ixion Lightning rupanya sangat responsif. VIVAnews mencoba menggeber motor hingga 100 km/jam. Hasilnya, motor tidak melayang alias stabil.Tapi karena kondisi jalan yang cukup ramai dan harus memperhatikan aspek keselamatan, niat untuk terus membentot gas harus ditahan. Meski tenaga yang dihasilkan dari mesin masih sangat banyak.

Tenaga New V-Ixion Lightning memang lebih besar dari tipe lawas, yaitu 12,2 kW pada 8.500 rpm dengan torsi 14,5 Nm pada 7.500 rpm. Maka tak heran, motor ini 'galak' di putaran mesin bawah serta atas.Kondisi jalan Jakarta-Bogor-Puncak yang masih bergelombang jadi ujian selanjutnya. Dengan mengadopsi suspensi teleskopik (depan) dan link suspense monocros (belakang), membuat New V-Ixion stabil dan enak dikendarai saat berada di jalanan rusak sekalipun.Meski berbodi bongsor, motor ini tetap gesit bermanuver di tengah padatnya kondisi jalur puncak. Memiliki ban lebar membuat pengendara New V-Ixion tak khawatir akan terjadi slip.

Dengan mengandalkan cakram hidrolik (depan-belakang), piston ganda (depan) serta piston belakang (tunggal), pengereman New V-Ixion cukup mumpuni meski harus berhenti dari kecepatan tinggi.Secara keseluruhan perubahan di New V-Ixion jelas lebih terasa. Banderol Rp22,6 juta versi kick starter dan Rp22,4 juta versi non kick, dinilai pantas untuk bisa memboyong motor ini ke garasi rumah.

sumber: http://otomotif.news.viva.co.id/news/read/387623-merasakan-galaknya-yamaha-new-v-ixion

Tujuan Evaluasi



Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa tujuan evaluasi secara umum adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan pada diri anak didik serta tingkat perubahan yang dialaminya setelah ia mengikuti PBM. Tetapi sebenarnya hal tersebut baru merupakan sebagian dari tujuan evaluasi dalam arti yang sebenarnya. Kita harus masih mengenal dimensi tujuan lain. Misalnya sebagaimana dirumuskan di dalam Kurikulum 1975 (Buku III B – tentang Pedoman Penilaian), dapat kita baca bahwa tujuan atau fungsi evaluasi belajar siswa di sekolah pada dasarnya dapat digolongkan kedalam 4 (empat) kategori yaitu:
  1. Untuk memberi umpan balik (feedback) kepada guru, sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan revisi program dan remidial program bagi siswa.
  2. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing siswa, yang antara lain diperlukan untuk memberikan laporan kepada para orang tua siswa, penetapan kenaikkan kelas, dan penentuan lulus tidaknya siswa.
  3. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat (misalnya dalam penentuan jurusan) sesuai dengan tingkat kemampuan dan atau karakteristik lain yang dimiliki siswa.
  4. Untuk mengenal latar belakang (psikologi, pisik, dan lingkungan) siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar. Yang hasilnya dapat dipakai sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.

Prinsip-prinsip Evaluasi Belajar
Agar supaya evaluasi berlajar benar mencapai sasaran, yaitu untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku atau keberhasilan siswa, maka harus dilaksanakan dengan berdasarkan pada suatu asas atau prinsip mapan.
Adapun asas atau prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah:
1. Evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus
Maksud evaluasi yang dilaksanakan secara terus-menerus atau continue ialah agar kita (guru) memperoleh kepastian atau kemantapan dalam mengevaluasi. Dan dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan yang dialami oleh siswa.
2. Evaluasi harus menyeluruh (Conprehensive)
Evaluasi yang menyeluruh ialah yang mampu memproyeksikan seluruh aspek pola tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk dapat melaksanakan evaluasi yang memenuhi asas ini, maka setiap tujuan instruksional harus telah dijabarkan sejelas-jelasnya, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk melakukan pengukuran. Alat atau instrument evaluasi harus mengandung atau mencerminkan itemitem yang representatif, yang dijabarkan dari tujuan-tujuan instruksional yang telah disusun. Untuk keperluan pembuatan soal tes yang demikian guru dapat membuat “Tabel spesifikasi tujuan”, sebagai alat bantu guna menjaring item-item yang mewakili perilaku yang diharapkan. Disamping itu tabel speasifikasi tersebut juga dapat membantu guru dalam usaha memenuhi validitas alat pengukur.
3.  Evaluasi harus obyektif (Obyective)
Asas ini dimaksudkan, bahwa didalam proses evaluasi hanya menunjukkan aspek yang dievaluasi dengan keadaan yang sebenarnya. Jadi didalam mengevaluasi hasil pendidikan dan pengajaran guru tidak boleh memasukkan faktor-faktor subyektif dalam memberikan nilai kepada siswa.
4. Evaluasi harus dilaksanakan dengan alat pengukur yang baik
Asas ini diperlukan, sebab untuk dapat memberikan penilaian secara obyektif diperlukan informasi atau bukti -bukti yang relevant dan untuk itu dibutuhkan alat yang tepat guna. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk alat pengukur yang baik, yaitu:

  • Validitas

Validitas alat pengukur berhubungan dengan ketepatan dan kesesuaian alat untuk menggambarkan keadaan yang diukur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Ketepatan berhubungan dengan pemberian informasi persis (akurat) seperti keadaannya. Atau dengan perkataan lain disebut sahih. Sedang kesesuaian berhubungan dengan efektivitas alat untuk memerankan fungsinya sesuai dengan yang dimaksud dari alat pengukur tersebut.
  • Reliabilitas
Realiabilitas alat pengukur berhubungan dengan kestabilan, kekonstanan, atau ketepatan test. Suatu test akan dinyatakan reliabel apabila test tersebut dikenakan kepada sekelompok subyek yang sama, tetap memberikan hasil yang sama pula, walaupun saat pemberian testnya berbeda. Tinggi rendahnya reliabilitas alat pengukur alat pengukur dapat diketahui dengan menggunakan teknik statistik. Yaitu dengan mengklasifikasikan antara hasil pengukuran pertama dan hasil pengukuran kedua dari bahan test yang sama, atau test yang lain yang dianggap sama (ekuivalen).

5. Evaluasi harus deskriminatif
Kegiatan evaluasi yang dapat memenuhi asas ini akan mampu membedakan tentang keadaan yang diukur apabila keadaannya memang berbeda. Jadi test hasil belajar dapat dikatakan deskriminatif apabila test tersebut dapat membedakan antara 2 (dua) orang atau lebih, yang memang mempunyai kemampuan yang tidak sama. Apabila UnyiI keadaanya memang lebih pandai dari si Badu maka test itu harus dapat mengetahui atau mengungkapkan perbedaan yang dimiliki oleh kedua anak tersebut.

Tujuan Assement (hasil belajar)

Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
Dari ke enam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian. Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.Untuk Apa Assesmen

Evaluasi dan Assesmen dalam Pembelajaran

Selain bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran yang berkualitas, Guru juga memiliki peran yang tidak kalah pentingnya, yaitu melakukan assesmen dan evaluasi terhadap siswa siswa di kelasnya. Assesmen dan evaluasi menjadi penting bagi siswa dan orangtuanya karena salah satu alasannya adalah hasil assesmen dan evaluasi memiliki konsekuensi jangka panjang.

Pelaksanaan assesmen dan evaluasi pada tataran pembelajaran, tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Kedua hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Dalam sebuah penelitian disebutkan 10 persen dari waktu guru dihabiskan untuk hal-hal yang terkait dengan evaluasi dan assesmen.

Kontroversi mengenai assesmen atau evaluasi mungkin telah muncul sejak keduanya digunakan. Contoh, adanya sebagian pendapat yang mengatakan evaluasi dan assesmen telah menimbulkan proses dehumanisasi pendidikan dan menimbulkan ketidak percayaan di antara guru. Sebagian lagi berpandangan bahwa grading atau membanding-bandingkan siswa berefek pada kecemasan dan harga diri (self- esteem).

Salah satu tugas dari assesmen dan evaluasi adalah sorting function. Sekolah sacara umum dianggap sebagai masyarakat kompleks yang diharapkan dapat membantu menyortir/menyeleksi orang-orang untuk berbagai peran sosial dan posisi pekerjaan. Sampai kini, masyarakat luas juga menyerahkan sebagian besar pekerjaan mengases dan mengevaluasi pertumbuhan dan potensi siswa kepada sekolah dan guru.

Pengertian Evaluasi dan Assesmen
a. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai.

Menurut Arends (2008), evaluasi mengacu pada proses pembuatan keputusan (judgment), menetapkan nilai (value), atau memutuskan tentang worth (manfaat).
Pengertian dan definisi evaluasi yang lainnya adalah :
  • Evaluasi adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif - alternatif keputusan (Mehrens & Lelman, 1978).
  • Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan tujuan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan - tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Gronlund, 1975).
  • Evaluasi ialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan - tujuan atau nilai yang telah ditetapkan (Wrightstone dkk, 1956).
  • Evaluasi merupakan kelanjutan dari suatu rencana kerja yang peranannya sangat dibutuhkan karena evaluasi merupakan latihan yang memperkaya logika dan analisa (I Ketut Gede Yudantara).
  • Evaluasi pada dasarnya merupakan penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif, sedang data kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran (Sudijono, 1996)
  • Evaluasi merupakan pemikiran kritis terhadap keberhasilan dan kekurangan dalam sebuah program pengembangan diri yang telah dilakukan seseorang (Endang Sri Astuti & Resminingsih).
  • Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan (Donna L. Wong)
Beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut:
  1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu produk. Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, menyangkut nilai dan arti.
  2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu
  3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (jusgement)
  4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu
b. Assemen
Istilah assemen biasanya merujuk pada seluruh rentang informasi yang dikumpulkan atau disintesis oleh guru tentang siswa-siswanya maupun tentang kelasnya. Informasi tentang siswa dapat diperoleh secara informal, misalnya melalui observasi  atau diskusi. Informasi juga dapat diperoleh melalui cara-cara formal seperti PR, tes, atau laporan tertulis. Informasi tentang kelas dan pengajaran guru juga dapat menjadi bagian assemen.

Tes adalah salah satu teknik assemen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang seberapa banyak yang diketahui siswa tentang topik tertentu. Akan tetapi memberikan nilai adalah sebuah tindakan evaluatif, karena guru menempatkan value pada informasi yang diperoleh dari tes itu.

Dasar pengetahuan untuk assemmen dan evaluasi begitu besar. Konsep-konsep yang mendasari  yang digunakan untuk mengukur semua jenis ciri, sifat dan atribut, misalnya prestasi akademik, kepribadian, performance (kinerja), memiliki tradisi intelektual panjang. Dua lini penelitian yang penting bagi guru pemula menggambarkan efek assesmen pada motivasi dan pembelajaran siswa dan bias dalam assemen pengajaran. Dalam beberapa penelitian disimpulkan assemen memberikan efek terhadap motivasi pembelajaran yang meliputi efek nilai, efek umpan balik (Arend, 2011: 220).

Efek testing terstandar menimbulkan sedikit perdebatan karena testing dengan soal-soal terstandar dianggap tidak mengakomodasi multiple intelegent pembelajar. Siswa yang memiliki kemampuan artistik, interpersonal, intrapersonal, misalnya,tidak diuntungkan karena kemampuan mereka tidak diukur dalam tes-tes terstandar. Tes terstandar hanya mengukur rentang kemampuan yang terbatas, terutama tes-tes yang difokuskan pada kemampuan kuantitatif dan verbal. Untuk itu, dengan berbagai alasan, efek tes-tes terstandar mungkin tidak selalu sepositif yang diyakini sebagian orang. Belum lagi dengan hasil penelitian yang harus diakui memang terjadi dalam dunia pendidikan bahwa selalu ada efek bias dari dalam assemen dan grading bila tes yang digunakan adalah esai test. 


Kompetensi Guru IPA dalam Pembelajaran

Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi dan sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan dari kegiatan dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Pendidikan di sekolah bertujuan untuk mengubah agar seseorang dapat memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap pelajar dalam bentuk perubahan prilaku sebagai hasil belajar. Perubahan ini dapat terjadi bila guru menggunakan beberapa metode dan kegiatan praktek untuk menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik aktif di dalamnya.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kualitas guru salah satunya ditentukan oleh kemampuan mereka didalam membelajarkan peserta didik. Kemampuan membelajarkan merupakan pekerjaan profesional yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, seorang guru perlu menguasai berbagai kemampuan mengajar. Semua kemampuan tersebut perlu diintegrasikan menjadi satu wawasan yang utuh ketika seorang guru mengajar di kelas.Guru abad kedua puluh satu akan dituntut untuk menguasai berbagai dasar pengetahuan (akademis, pedagogis, social, dan kultural) dan untuk menjadi professional yang reflektif dan mengatasi masalah (Arends, 2008:14). Pada umumnya, guru sudah cukup mempunyai bekal penguasaan terhadap bidang ilmunya tetapi masih kurang terampil dalam menyampaikan materi bidang tersebut kepada peserta didik. Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill), yaitu keterampilan yang bersifat generik yang harus dikuasai oleh seorang guru, terlepas dari tingkat kelas dan bidang studi yang diajarkan.
Keberhasilan dalam suatu pembelajaran salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses itu berlangsung. Di samping itu proses interaksi belajar, pada prinsipnya sangat tergantung pada guru dan peserta didiknya. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang lebih baik dan nyaman, sehingga peserta didik akan termotivasi dalam belajar. Setiap guru menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakannya menyenangkan dan berpusat pada peserta didik (student centered), peserta didik antusias menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat, bertukar informasi dan saling memberikan semangat.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14/2005 Pasal 1 dinyatakan Kinerja guru dibingkai dalam lingkup beban tugas dan tanggungjawabnya, yaitu:
      merencanakan pembelajaran,
      melaksanakan pembelajaran
      menilai hasil pembelajaran
      membimbing dan melatih peserta didik, dan
      melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan ditegaskan Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwasanya  kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi Guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung.Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam tulisan ini yakni antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak. Sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
1.    Kompetensi Pedagogik
Menurut Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwasanya kompetensi pedagogik Guru merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
a.    Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
 Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah.
b.   Pemahaman terhadap peserta didikGuru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.c. Pengembangan kurikulum/silabusGuru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
d. Perancangan pembelajaranGuru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogisGuru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.g. Evaluasi hasil belajarGuru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinyaGuru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini.Penguasaan kompetensi pedagogik dapat dilihat pada sub kompetensi berikut:
1.      Menguasai karakteristik peserta didik
2.      Menguasasi teori belajar dan  prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3.      Pengembangan kurikulum
4.      Kegiatan pembelajaran yang mendidik
5.      Pengembangan potensi peserta didik
6.      Komunikasi dengan  peserta didik
7.      Penilaian dan evaluasi 

2. Kompentensi Sosial
            Apakah kompetensi sosial? Pakar psikologi pendidikan Gadner (1983) menyebut kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gadner.            Adapula yang menyebutkan kompetensi sosial sebagai perilaku guru yang dapat berinteraksi secara positif dengan warga sekolah, sesuai pasal 28 PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik. Di mana  kompetensi sosial dimaknai sebagai kemampuan seorang pendidik berinteraksi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik  dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial seorang guru meliputi:
a.       Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatifb.      Komunikasi dengan sesame Saya, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat 

3. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian bagi guru adalah memiliki kepribadian yang mantap dan stabil dengan indikator esensial ;bertindak sesuai norma hukum, bertindak sesuai norma sosial, bangga sebagai pendidik dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan  norma.  Sedangkan sub kompetensi kepribadian yang dewasa  dengan indikator esensial menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.
Adapun aspek-aspek dalam komptensi keribadian guru adalah :a.       Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasionalb.      Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladanc.       Etos Kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru 4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional guru lebih penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.  Sub kompetensi dalam kompetensi Profesional adalah :
a.    Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang meliputi  memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b.    Menguasai struktur dan metode keilmuan yang meliputi menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan dan materi bidang studi.
Setelah mengulas konsep yang ideal tentang guru yang profesional, maka kita coba melihat fakta di lapangan. Sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).Kelayakan mengajar itu berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Dari segi profesionalisme, guru juga menghadapi persoalan besar. Hasil sementara Uji Kompetensi Guru (UKG) 2012 masih di bawah standar yang diharapkan. Dilaporkan nilai rata-rata nasional hasil perhitungan per 1 Juli 2012 adalah 47,84. Artinya, penguasaan guru terhadap bidang keilmuannya masih rendah (http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/13/makalah-kualitas-pendidikan-di-indonesia-saat-ini).           
Tidak mengherankan bila mendapati negara kita berada urutan bawah dalam indeks pembangunan pendidikan. Berdasarkan data dari Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80.
Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunei Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu Asia. Adapun Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti halnya Indonesia. Meskipun demikian posisi Indonesia saat ini masih jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).
Masih tertinggalnya pembangunan pendidikan di Indonesia di bandingkan dengan negara-negara lain, tidak dapat dipisahkan dari kualitas guru. Untuk itulah, sebagai upaya mengasah kepekaan dalam melihat problematika pembelajaran IPA di SMP, mahasiswa didik dituntut mampu mengidentifikasi aspek-aspek yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran IPA dan memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi.