Minggu, 21 April 2013

Jangan Lupakan Filsafat


Dari presentase dan diskusi  dengan topik pengetahuan dari waktu ke waktu dapat saya pahami bahwa pengetahuan, berdasarkan tingkatan kognisinya dibagi menjadi empat macam. 

1) Know that (tahu bahwa), merupakan pengetahuan yang sekadar berupa informasi. Tahu bahwa itu buku, itu gunung, itu lautan. Siswa tahu bahwa dalam sebuah atom terdapat partikel-partikel yang lebih kecil, tahu bahwa daun mempunyai klorofil. Pengetahuan dalam tataran ini masih bersifat mengandalkan ingatan.  

2) Know How (tahu bagaimana). Pengetahuan pada tataran ini lebih bersifat praktis dan lebih dikaitkan pada aspek keterampilan teknis. Pengetahuan di tingkat ini memerlukan pengetahuan teoritis sebagai pendukung skill. Para ilmuwan juga menggunakan tingkatan pengetahuan ini bilamana ilmuwan tersebut memanfaatkan berbagai peralatan teknis yang dibutuhkan untuk sebuah kegiatan penelitian di laboratorium atau di alam. 
3) Know about (tahu akan/mengenai). Pengetahuan ini bersifat spesifik karena diperoleh melalui pengenalan dan pengalaman individu dengan objek secara langsung. Pengetahuan pada tingkat ini sangat memerlukan pengetahuan teoritis yang mendalam. Tahu mengenai dapat diartikan bahwa seseorang tahu seluk belum sebuah objek, dan ia memiliki semacam “otoritas” untuk menjelaskannya. Jadi seseorang yang memiliki pengetahuan pada tingkat ini tidak sekadar memahami pengetahuan tersebut secara teoritis tetapi juga mampu atau telah memiliki pengalaman  menggunakan pengetahuannya. 

4) Know Why (tahu mengapa). Pengetahuan pada tingkatan ini jauh lebih mendalam daripada tingkatan pengetahuan yang sebelumnya sebab diperoleh melalui metodologi tertentu dan juga hasil elaborasi (penggarapan secara tekun dan cermat). Pengetahuan jenis ini biasanya lahir keingintahuan yang tak pernah berhenti. Setiap jawaban dari pertanyaan selalu melahirkan pertanyaan lainnya. Proses ini memberikan konstribusi besar dalam bangun pengetahuan manusia saat ini.
Dalam dunia ilmu pengetahuan alam yang telah berkembang telah melahirkan berbagai macam cara pandang manusia terhadap pengetahuan itu sendiri. Setidaknya ada tiga kelompok atau aliran besar yang muncul yaitu aliran skeptisisme, subjektivisme, dan relativisme.

Aliran skeptisisme cenderung bersikap bersikap skeptis melihat perubahan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran yang begitu cepat dan selalu berubah-ubah. Perubahan-perubahan yang terjadi itu membuat kelompok skeptisisme bosan. Tokoh skeptisisme yang terkenal adalah Gorgias (485-380SM). Sikap dasar kaum skeptisisme adalah manusia tidak pernah tahu apapun dan tidak boleh merasa pasti karena pengetahuan yang didapat dari waktu-ke waktu tidak pernah cukup.

Aliran kedua yakni aliran subjektivisme lahir dari penyikapan manusia atas banyaknya kekeliruan kekeliruan yang terjadi dalam penemuan pengetahuan. Teori dan hukum  yang dirumuskan setiap kali diperbaharui dan meninggalkan kesan bahwa penemuan baru belum tentu benar dan setiap saat bisa diruntuhkan. Mereka menyimpulkan, bahwa kebenaran hanya berlaku pada subjek-subjek tertentu.  Tokoh dari aliran ini adalah Desacartes. Pemikir menyatakan dan meyakini satu-satunya hal yang dapat kita ketahui dengan pasti adalah diri kita sendiri dan kegiatan sadar kita. Hal lain yang berada diluar kita dan di luar kesadaran kita tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Aliran ketiga adalah aliran relativisme. Menurut aliran ini, kebenaran dan kepastian yang ada saat ini dibisa diklaim oleh manusia dengan mutlak karena sifatnya yang selalu relatif. Sifatnya tidak selalu absolut karena bergantung pada subjek yang melihat, situasi dan kondisi saat itu, kebudayaan dan hukum-hukum yang berlaku pada saat itu, juga pandangan masyarakat akan kebaikan dan keburukan yang berlaku di daerah tersebut saat itu.


Catatan kuliah. Malang, 10 Juli 

0 komentar :

Posting Komentar