Malang, 27 Januari 2012.
Mungkin waktunya sudah tiba. Takdirnya cuma sampai dua tahun
lebih sedikit. Laptop Compaq handal (setidaknya menurutku) yang sudah menemani
aktifitasku selama dua lebih itu tiba-tiba ngadat saat ku restart akhir desember 2012. Layarnya tiba-tiba hitam dan tidak
memunculkan tulisan apa-apa alias blank
padahal mesin CPU berjalan normal seperti biasa.
Dengan gusar dan sedikit
penasaran, kucoba restart hingga beberapa kali, namun laptop berprosessor core
i3 itu tidak juga menunjukkan aktfitas apa-apa. Hanya lampu LED di tombol
capslock dan numslock yang berkedip sebanyak tiga kali dengan jeda waktu
tertentu. Browsing sana sini akhirnya akhirnya ketemu artikel yang menjelaskan kedipan
sebanyak 3 kali itu mengindikasikan modul memori mengalami masalah.
Dahiku sedikit mengkerut….kalau memang memorinya bermasalah,
tidak masalah sebab harganya tidaklah seberapa. Aku hanya sedikit khawatir
bagaimana dengan data-data tesis yang masih tersimpan dalam keping harddisk?
Apakah masih bisa diselamatkan?
Banyak tulisan yang memberi tips yang menurutku agak masuk
akal. Di antaranya, mencoba memencet tombol start selama 5 sampai 10 detik.
Saran itu tidak mempan. Tetap saja si laptop tak kunjung sembuh. Ada yang kasih
saran, laptop di letakkan di atas bantal atau selimut agar panas.
Logikanya,
dengan naiknya suhu system internal laptop dan sirkuit-sirkuit yang terdapat
pada main board dapat dipaksa
bekerja. Saran ini sama saja alias podowae.
Si laptop tetap bandel….huffff nasib-nasib. Terbayang olehku jika tak lama lagi
aku akan “terpaksa” punya laptop baru. Tapi aku belum menyerah…mungkin jalan
terakhir adalah membawa si Compaq hitam
ke tukang services di kota. Ya its nice
idea..
Keesokan paginya, tanpa menunggu sarapan, kupacu si beat
menuju kota mamuju dengan harapan si kesehatan si laptop bakal pulih kembali. “Bisaki service laptop?” tanyaku pada seorang teknisi di
altitude computer.
“Bisa pak. Dudukki,” jawabnya ramah.
Kuserahkan sang laptop dengan harap-harap cemas semoga bukan
mainboardnya yang crash. Setelah membuka penutup memori di belakang laptop, si teknis
mencopot memori lalu memasangkannya dengan memori miliknya. Dan….silaptop tetap
gak bereaksi.
”Mainboardnya ini
rusak pak,” vonisnya dingin.
“Mate mi ja,” ucapku dalam hati.
“Jadi bagaimana solusinya?” tanyaku semakin cemas.
“Dibawa ke Makassar pak di service centernya. Tapi mahal itu , untuk ganti mainboard kira-kira
2,5 juta,” katanya enteng.
Dengan langkah gontai aku keluar dari toko itu. Ada rasa
putus asa yang menyelinap ke dalam perasaanku. Kucoba menuju ke mahadewa
computer. Siapa tahu di sana bisa memberikan punya “mantra-mantra” ajaib untuk
menormalkan laptop kesayanganku ini.
Tapi…hasilnya sama saja. Vonis bahwa main
boardnya rusak harus kuterima.
Malamnya, si Compaq ku bongkar habis-habisan. “Sapa tau ada kabelnya putus atau dengan
membongkarnya aku memperoleh sedikit keajaiban,” harapku dalam hati. Harapan
tinggal harapan karena sama sekali tidak ada perubahan.
Beberapa artikel di dunia maya memberikan testimony kalau usia
teknis laptop Compaq terbilang pendek dibandingkan laptop merk lain. Biasanya
dua tahun usia pakai, laptop sudah rewel. Penyebabnya macam-macam. Salah
satunya system sirkulasi udara dalam laptop tidak memadai karena penumpukan
debu sehingga bila dipaksa bekerja dalam waktu lama akan timbul panas berlebih.
Panas yang berlebih inilah yang dapat menjadi biang laptop kita menemui cepat
menemui “ajal”. So, tambahkan kipas
eksternal bila laptop sobat sering digunakan untuk waktu lama.
Meskipun di compaq sudah pensiun, namun harddisk beserta
data-datanya dapat diselamatkan. Aku mengubahnya menjadi harddisk eksternal
dengan menambahkan perangkat conection seharga Rp 120 ribu.
0 komentar :
Posting Komentar