Minggu, 29 Desember 2013

Merebahkan Penat di Alun-Alun

Sejak menjejakkan kaki pertama kali Kota Malang, Alun-alun kota adalah tempat yang paling sering saya kunjungi. Selain mudah dijangkau karena cukup satu kali menggunakan angkot dari tempat kost, tempat ini juga berdekatan dengan sejumlah pusat perbelanjaan, baik yang modern maupun tradisional. Sekitar beberapa ratus meter dari alun-alun, ada pasar yang menjadi sentra perdagangan berbagai komoditi di Kota Malang. Ibu kost memberitahu kalau pasar itu adalah bernama Pasar Besar. “Harganya murah-murah di sana” ujarnya setengah promosi. Di Pasar Besar ini, aroma kedaerahan yang identik dengan intensitas tawar menawar yang tinggi dan penataan dagangan apa adanya, membungkus kuat berbagai transaksi antara penjual dan pembeli. Tapi sisi itulah barangkali yang membuat pasar, dengan suasana yang amat mirip dengan Makassar Mall, ini mampu bertahan di tengah gempuran pasar-pasar modern.


            Kok malah bahas pasar? Back to the laptop. Sebagai orang perantauan yang awam soal dinamika sosial masyarakat Malang, Alun-alun yang dulunya tempat berlatih perang (gladi yudha) bagi prajurit kerajaan dan tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah raja kepada kawula, adalah celah paling lebar leluasa untuk dapat mengintip potret kecil masyarakat Malang. Pengunjung tempat ini tidak hanya berasal dari kalangan bawah tetapi juga dari kalangan atas. Tengok saja pelataran parkirnya.  Selain disesaki ratusan sepeda motor juga dipenuhi oleh berbagai jenis mobil, mulai yang murah (walapun tidak murah menurut ukuran saya) sampai yang sejenis Jeep Hammer (tongkrongan kaum the have).    
            Apa yang menarik dari Alun-alun kota ini sampai tak pernah sepi pengunjung? Bagi saya, tempat yang dikelilingi sejumlah beringin raksasa ini adalah  surga bagi pedagang kaki lima. Mulai dari pedagang asongan, jam tangan, aksesoris, kaos, celana, mainan, poster, buku, kacamata, kopiah, blankon, gantungan kunci, jagung bakar, tahu goreng, kopi, dan ragam pedagang lainnya tumpah ruah.  Landscape alun-alun yang didominasi pedagang, menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang untuk mampir melihat-lihat lalu membeli. Selalu ada transaksi di sini.


            Alun-alun juga adalah surga bagi anak-anak kecil. Kita mudah menemukan pasangan muda dengan anak kecil yang matanya berbinar-binar. Bahkan keluarga tua, juga rajin hilir mudik di tempat ini. Inilah tempat keluarga hemat memanjakan anak. Setiap sore, sejumlah pertunjukkan selalu mewarnai keramaian alun-alun. Ada pertunjukkan wayang orang yang diperankan anak-anak kecil. Ada pertunjukkan topeng monyet yang menggemaskan. Penonton (yang murah hati) cukup memasukkan selembar atau dua lembar uang seribuan pada mangkuk bekas tempat sabun seusai pertunjukkan. Uang koin lima ratus perak pun tak jadi masalah.


            Setiap kali keluarga kecil saya datang dari Sulawesi, alun-alun selalu menjadi destinasi pertamauntuk memperlihatkan kepada mereka betapa semaraknya kota ini. Berada di tempat yang menyatukan hasrat berbagai orangtua muda untuk menghadirkan sejumput kebahagiaan bagi anak-anaknya, selalu adalah kesan unik yang mekar di hati saya karena tanpa sadar, tempat yang sejuk ini kadang telah menjadi tempat saya membaringkan sedikit kepenatan sekaligus “melarikan diri” dari target-target akademik yang selalu ada setiap pekan. Tempat ini juga menjadi tempat saya mengais-ngais bahagia melalui sepercik kenangan saat dua jagoan kecil saya tak lagi menemani karena harus pulang ke tanah Sulawesi.
            Selarik pertanyaan membuncah di hati saya. Mengapa di tanah sulawesi kami tak punya alun-alun? Mengapa tak ada tempat di sana yang setidaknya, fungsinya mirip dengan alun-alun, tempat yang menjadi pusat interaksi berbagai kalangan masyarakat tanpa motif kapital? Apakah roda pembangunan sudah tidak lagi menyisakan ruang-ruang kosong bagi kami untuk menyatu dalam sebuah celah kecil di tengah derap pembangunan dan perebutan kursi kekuasaan?
            Tradisi alun-alun di Pulau Jawa memang tidak setenar di Sulawesi. Tradisi alun-alun setahu saya ada di Makassar yaitu di Lapangan Karebosi. Sewaktu kuliah S1 tahun 90-an, semangat berbaur masyarakat kota masih nampak merona di Kota Daeng. Tak heran, pemandangan  lapangan karebosi nyaris sama dengan pemandangan Alun-alun Malang. Setiap sisinya selalu diramaikan dengan aneka pedagang kecil yang mencari nafkah dengan untung yang tak seberapa. Adapula tempat unik, yaitu lapak catur yang selalu dikerumuni orang yang mencoba menjajal kemampuannya bermain catur. Saban minggu, saya sangat suka ke lapangan karebosi. Namun seiring waktu, tradisi Alun-alun itu menguap seketika saat pemerintah kota memutuskan membangun mall bawah tanah di Lapangan kebanggaan masyarakat Makassar.
Sekeliling Lapangan  Karebosi, yang jauh lebih luas dari Alun-alun Kota Malang, kini telah dipagari dengan jeruji besi. Tampak indah dan bersih. Tetapi ada asa yang terpenjara oleh jeruji pagar besi itu. Riak interaksi masyarakat lapis bawah kini itu tak lagi menjadi bagian hiruk pikuk kota. Mereka disingkirkan. Citra diri lapangan karebosi sebagai landmark masyarakat Makassar yang senang bersosialisasi, telah berganti menjadi landmark kota dengan roda perekonomian yang melaju tinggi.

Tulisan yang sama dapat dibaca di Kompasiana di sini

Sabtu, 18 Mei 2013

Memberi Keterangan pada Objek dengan FLASH CS3

Cara Memberi Keterangan pada Objek
dengan Adobe Flash CS3



1. Buka program Adobe Flash CS3
2. Pilih flash file (action script 2.0)




3. Pilih file > import to library 

4. Cari file yang akan beri keterangan, dalam tutorial ini saya menggunakan gambar otak 

5. Gambar yang sudah dipilih akan muncul di kotak library. Bila kotak library anda tidak muncul, tekan control+L

6. Klik dan tahan gambar yang ada di kotak library lalu drag (seret) ke area kerja     



7. Selanjutnya kita akan membuat tombol-tombol untuk otak. Perhatikan gambar, ada enam area pada otak. Masing-masing area kita akan ubah menjadi tombol sehingga bila kita mengarahkan  pointer mouse ke area tertentu dari otak, akan muncul nama area dan penjelasannya

8. Buat layer baru (layer 2) dengan mengklik kanan layer 1, pilih insert layer. Beri nama layer tombol (caranya klik double layer, lalu ketikkan nama)

9. Kita akan membuat tombol di area LOBUS FRONTAL (yang berwarna pink). Caranya pilih brush tool (yang bergambar kuas lukis), lalu buatlah garis di sepanjang tepi lobus frontal sampai kedua ujung garis bertemu

10. Gunakan gunakan paint bucklet tool untuk memberikan warna pada tombol. Hasilnya seperti pada gambar di bawah!


11. Kelihatan hitam ya? Nda papa karena tombol ini akan kita buat transparan sehingga nantinya tombol tersebut ada tapi tidak kelihatan. Caranya klik lagi paint bucklet tool lalu atur nilai alphanya sampai 0%, lalu tumpahkan ke area tombol LOBUS FRONTAL. Hasilnya.. tombol tidak kelihatan lagi….te…deng

12. Langkah berikutnya, klik kanan area tombol > convert to symbol     


13. Tandai tombol button, dan sebaiknya beri nama : lobus_frontal 


14. Klik kanan kembali area tombol > pilih action. 

15. Pada area script.. Ketikkan script berikut:
on (rollOver) {
judul=”LOBUS FRONTAL”
keterangan=” Lobus frontal adalah bagian depan belahan otak besar. Daerah anterior pada lobus frontal berhubungan dengan kemampuan berpikir dan konsentrasi. Lobus frontal juga membantu mengendalikan pergerakan otot terlatih, mood, perencanaan masa depan, penentuan target dan prioritas”
}
on (rollOut) {
judul=””
keterangan=””
}




16. Buat layer baru lagi, beri nama deskripsi atau teks atau penjelasan…(terserah dikasih nama apa) 

17. Klik text tool (gambarnya A atau T)

18. Buat kotak persegi di area kerja, tempat dimana judul berada. 


19. Buka properti teks (control+F3) atur menjadi dinamic text, multiline, dan ketikkan pada var:judul (perhatikan huruf besar kecil harus sama dengan yang ada di script pada langkah 15). Atur juga ukuran huruf dan warnanya

20. Buat sebuah kotak lagi dengan text tool seperti pada langkah 19. Ganti var:  judul menjadi var:  keterangan. Kotak keterangan  harus lebih tinggi karena teks keterangan biasanya lebih panjang. 

21. Sekarang hasil bisa di test dengan menekan tombol control+enter pada keyboard.  


22. Untuk bagian-bagian otak yang lain dapat dikerjakan dengan langkah yang sama. Bedanya hanya pada script nya saja (ganti nama bagian otak dan deskripsinya pada script di langkah 15)


















Minggu, 21 April 2013

Pengetahuan Melahirkan Pengetahuan

Ilmu pengetahuan akan terus mengalami perubahan yang dalam konteks ini mengalami perkembangan. Bukan ke arah yang semakin sederhana tetapi sebaliknya menuju ke sebuah padang maha luas seakan tak bertepi. Dalam sains, penemuan-penemuan baru yang disingkap oleh para ilmuwan, ternyata tidak berhenti sampai pada titik itu. Penemuan-penemuan tersebut bukannya menyibak misteri kegelapan pengetahuan atau menjadi penjelasan atas sebuah keanehan yang konsisten tetapi justru kerap terjadi melahirkan berbagai misteri baru yang menuntut penjelasan. 

Dalam bukunya Dasar Dasar Sains, Surjani Wonorahardjo, memberikan ilustrasi singkat betapa penemuan rumus struktur senyawa stabil C60  (fulerena) oleh beberapa kimiawan di University of Texas, telah memberikan inspirasi bagi ilmuwan lain untuk “memodifikasi”  senyawa tersebut , misalnya dengan mengaitkan beberapa gugus fungsi atau alkyl lainnya di sekitarnya. Bahkan ada juga ilmuwan yang berhasil menggabungkan gugus-gugus reaktifdan senyawa-senyawa organometalik ke senyawa C60. Lalu ada pula yang menguji bagaimana keadaan senyawan stabil ke dalam matriks berpori dan diukur kecepatan difusinya.  

Perkembangan yang terjadi setelah penemuan rumus struktur senyawa fulerena tidak pernah diduga sebelumnya. Ini yang menurut saya, penemuan baru akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru. Dari pertanyaan-pertanyaan baru kemungkinannya juga akan melahirkan penemuan-penemuan baru. Dan begitulah seterusnya. 

Pada mulanya, upaya menyingkap tabir pengetahuan tidak menuntut banyak metode. Beberapa permasalahan yang sederhana yang bisa menimbulkan pertanyaan, cukup dijelaskan hanya dengan mengamati  menggungakan panca indera. Tetapi dalam perkembangannya, ketertarikan manusia mengetahui lebih dalam berbagai rahasia alam, rupanya menuntut cara-cara yang lebih kompleks. Jika sebuah metode tidak mampu memberikan sarana yang cukup untuk memecahkan sebuah persoalan, maka akan cari metode lain yang lebih sesuai dan dianggap mampu memberikan penjelasan secara ilmiah. 

Dapat dipahami jika pengetahuan baru menawarkan metode baru lintas ilmu yang perkembangannya sangat pesat. Peminatnya banyak sehingga melahirkan cabang ilmu baru. Cabang-cabang ini bergerak sendiri seakan meninggalkan induknya dan memberikan konstribusi pengetahuan yang lebih lengkap dan lebih dalam. Cabang-cabang seakan terpisah satu sama lain. Pemisahan pengetehuan ini menjadi berbagai cabang telah mendominasi perkembangan sains. Hasilnya lahirlah cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai bidang kajian yang sangat spesifik dan seakan terkurung dalam “tembok pemisah” dan berdiri terpisah dengan bidang kajian pengetahuan lainnnya. 

Pemisahan cabang-cabang ilmu pengetahuan ini telah terjadi terus menerus. Setiap cabang yang mengalami kejenuhan, akan melahirkan percabangan baru demikian seterusnya.  Sehingga sangat lazim kita menemukan ilmuwan-ilmuwan masa kini yang sangat mumpuni dalam cabang ilmu pengetahuan tertentu namun seakan “lupa” dengan pengetahuan induk yang melahirkan cabang pengetahuan dari bidang yang digelutinya. Menurut saya wajar karena manusia mempunya keterbatasan. Atau menurut pepatah lama “tahu sedikit tapi banyak lebih baik daripada tahu banyak tapi sedikit-sedikit”. 
Perkembangan ilmu dan teknologi di bidang informadi dan komunikasi menjadi jembatan penghubung yang efektif di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tadinya bergerak sendiri-sendiri. Teknologi internet melahirkan pola keilmuan yang cenderung bergerak sinergis dalam memecahkan sebuah permasalahan. 

Perkembangan sains dari yang umum ke khusus dan seakan kembali lagi dari yang khusus mengarah ke yang umum, telah menimbulkan berbagai pandangan dan sikap dari para pemikir yang hidup di awal abad ke-20. Muncullah falsifikasi atau Falibisme dari Popper, verifikasi yang berkelanjutan dari Lingkaran Wina, perubahan paradigma oleh Kuhn, sains sebagai program penelitian (Lakatos), gaya anarkis ilmuwan dalam bekerja (Feyerabend), dan ada juga yang memaksa ilmuwan untuk menengok sejarah masa lalu (Bachelard). 

Maknanya adalah ilmuwan harus melihat pendekatannya dengan wawasan yang lebih umum setelah sekian lama berkecimpung dengan wilayah kerja yang sangat spesifik. 
Secara ringkas, berbagai pandangan para pemikir tersebut akan diuraikan berikut: 

A. POPPER dengan Prinsip Falsifikasi dan Metode Ilmu Pengetahuan 
Pengamatan akan dituntun oleh teori, termasuk perkembangan ilmu pengetahuan yang juga didukung oleh teori. Jika pengetahuan berikutnya berbeda dengan pengetahuan yang ada saat ini, maka teori yang ada juga harus disesuaikan.  

Popper membedakan pernyataan bermakna dengan pernyataan tak bermakna dengan ilmiah dan tidak ilmiah tergantung pada pembuktian secara empirisnya.  Logika Popper  berkembang sampai pada metode falsifikasi/falibilisme. Kaitan falsifikasi dengan logika dapat diterangkan dengan H0. Penelitian dan pengambilan data tetap diperlukan untuk dapat menarik kesimpulan yang benar, namun H0 digunakan sebagai alternative. 

Popper menyatakan bahwa logika (metode induksi) saja tidak cukup untuk menentukan kebenaran pernyataan ilmiah, yang paling tepat adalah dengan menggunakan logika deduksi karena dapat memperhitungkan bukti empiris sehingga memungkinkan untuk pembuktian H0.

Ilmu pengetahuan merupakan hasil rekaman empirik dari zaman ke zaman yang dianalisis dengan metode tertentu, namun validitas suatu pengetahuan justru terletak pada falsibilitasnya, atau pada suatu saat dapat dibuktikan salah. Hal ini disebabkan karena kita tidak mungkin mengumpulkan data selengkap-lengkapnya untuk mendukung suatu teori dengan kuat dan sangat benar. Ilmuwan yang baik seharusnya menggunakan sejumlah metode untuk membuktikan kebenaran teorinya. Ilmu pengetahuan maju bukan karena akumulasi ilmu yang terus bertambah, melainkan karena berkurangnya kesalahan (error elimination). 

B. Kuhn dengan Revolusi Sains
Menurut Kuhn masyarakat yang ada terlalu fanatik memegang beberapa teori dan berusaha menlindungi teori tersebut dengan menyodorkan semua fakta yang mendukung serta terus mengumpulkan fakta baru untuk mempertahankan teori tersebut. Perubahan mendalam sejarah ilmu justru lahir dari revolusi ilmiah, bukan berdasarkan upaya empiris yang membuktikan salah satu teoria atau sistem dan upaya falsifikasi untuk tujuan penyempurnaannya. 

Metode induksi serta upaya falsifikasi dan penyempurnaan dalam sains yang berkembang tidak memberikan bukti yang berarti dalam sejarah.  Perkembangan sains berada dalam konteks sejarahnya sendiri, yang tak dapat di pisahkan menjadi bagian-bagian yang mandiri.  Unsur penting yang harus ada adalah masyarakat ilmiah, baik itu di kampus, lembaga penelitian, pusat pengembangan dan penelitian, atau dimana saja dimana masyarakat ilmiah sudah ada.

C. Lakatos dengan Program Penelitiannya
Lakatos menggagas bahwa Ilmu pengetahuan dan teori merupakan struktur ilmiah yang terbentuk dalam sejarah. Program-program penelitian ke dalam struktur pengetahuan dan teori yang tidak dapat lepas dari suasana dan zaman saat struktur ini ada. Negative heuristic dari program memuat juga inti teori yang tidak boleh dimodifikasi atau di tolak. Asumsi ini harus tahan terhadap falsifikasi dan “dilindungi” oleh hipotesis pendukung. 
Positif heuristic memuat langkah-langkah yang benar-benar akan diambil untuk meakukan penelitian, termasuk dengan pengembangan dan penambahan asumsi-asumsi lebih lanjut yang akan tergantung pada fenomena terbaru yang ditemui. 

D. Feyerabend dengan Pendekatan Anarkistik
Berangkat dari kompleksitas ilmu dan ia menentang adanya keteraturan perkembangan ilmu yang dirumuskan ke dalam aturan dan hukum. Sebaiknya ilmuwan tidak dibatasi ketat oleh aturan dan hukum walaupun pada awal nya dibimbing oleh metode yang ada. Ilmuwan  harus bebas dan kegiatan keilmuwan adalah upaya “anarkistik” .  Metodologi sains tidak sepenuhnya kompatibel dengan sejarah. 

E. Bachelard mengingkatkan akan Pentingnya Sejarah
Menurut Bachelard  mekanika gelombang mencerminkan “dialektika” (cara pandang yang mementingkan konsep-konsep yang berlawanan yang di miliki oleh objek: ada thesis, antithesis, dan kemudian sintetis). Konsep ini menjadi ide utama dalam sistem metoda pencarian pengtahuan.

Alam tinggal dan berjalan seperti adanya, sedangkan pengetahuan manusia berkembang menciptakan sistem yang dapat menjelaskan alam menurut pemahaman manusia dan kemampuan manusia untuk memahami. Semua proses pencarian pengetahuan alam ditentukan oleh konteksnya dalam sejarah. 

Catatan Kuliah. Malang,  07 Agustus 

Memahami Metode Ilmiah

Metode ilmiah  merupakan cara penalaran ilmiah berupa pemikiran dan disertai tindakan, cara kerja empiris, dan prosedur pengujian, yang sudah dipilih dalam rangka mengembangkan pengetahuan yang telah ada beserta strukturnya. Dalam artian, metode ilmiah memiliki urutan, tatacara, langkah-langkah yang sudah “dibakukan”. Metode ilmiah merupakan metode utama dalam sains karena sifatnya yang empiris. 

Dalam kelahirannya, Metode ilmiah mempunyai dua momen yakni yang pertama adalah momen kesadaran akan adanya masalah  dan ini melahirkan momen kedua yaitu proses berpikir baru untuk memecahkan masalah. Dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah, sangat disadari kemungkinan timbulnya kecenderungan untuk ‘mengarahkan’ hasil penelitian  sesuai dengan hipotesis yang telah dibangun. Dari hal ini menurut Rene Discartes, bapak filsafat modern, perlunya keraguan metodis. “ragukan segala sesuatu”. Demikian bunyi motto Discarter.  

Keraguan metodis diperlukan bagi diri seorang ilmuwan  karena bidang kerjanya senantiasa melahirkan pertanyaan. Apakah menyangkut metode itu sendiri atau realitas yang ada disekitarnya. Keraguan metodes tadi tidak dimasudkan untuk meragukan segala sesuatunya sampai menghentikan proses pencarian pengetahuan. 

Proses menemukan pengetahuan oleh ilmuwan juga menggunakan metode yang dalam ilmu alam disebut siklus empirik yang komponen-komponennya antara lain a. observasi b. Induksi c. Deduksi d. Eksperimen e. Evaluasi.  Dalam ilmu sosial dan humanistik, siklus empirik tidak dilakukab secara ketat sebab pengamatan empiris dalam ilmu sosial sering tidak menunjukkan kemurnian sebab akibat seperti yang ada dalam ilmua alam. 

Metode ilmiah yang dikenal terdiri dari tiga macam yakni : a. metode abduksi, b. metode induksi c. Metode deduksi.  Metode induksi sendiri adalah metode yang paling berperan dalam perkembangan sains. Metode abduksi sendiri adalah metode yang dibahas oleh C.S. Pierce. Menurut Pierce, penemuan pengetahuan dilatari oleh pengajuan berbagai hipotesis dan diakhiri dengan proses penyimpulan. Meskipun hipotesis yang dilahirkan seorang ilmuwan sedemikian banyak, dengan imajinasinya yang kuat, tetap saja hanya satu hipotesis yang bisa diajukan yakni hipotesis yang paling masuk akal, paling bisa diterima, hipotesis yang bisa diuji, dibuktikan dan diterima.

Metode Deduksi sendiri adalah bentuk silogisme (bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yg terdiri atas premis umum, premis khusus, dan simpulan) dari proposisi (ungkapan yg dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar-tidaknya) yang menjadi dasar hipotesis. Penalaran deduktif berbasis pada silogisme terdiri atas dua bagian yaitu premis mayor dan premis minor. Premis mayor didasarkan pada suatu apriori atau self-evident proposition yang bersifat umum. Sedangkan premis minor merupakan contoh khusus dan dilanjutkan pada suatu kesimpulan.

Contoh : 
Pernyataan pertama : Semua manusia akan mati 
Pernyataan kedua : Pak Amir adalah manusia 
Kesimpulan : Pak Amir akan mati 

Pernyataan pertama : Semua oksida dari unsur logam-logam alkali bersifat basa (premis mayor)
Pernyataan kedua : Na2O adalah oksidan logam alkali (premis minor)
Kesimpulan : Jadi Na2O bersifat basa (kesimpulan)

Contoh lain dalam bidang pendidikan:
Pernyataan pertama : Anak-anak yang pintar mempunyai IQ lebih dari 130
Pernyataan kedua : Amir mempunyai IQ 135
Kesimpulan : Amir adalah anak yang pintar

Penalaran deduktif mulai dari pernyataan yang bersifat umum kemudian dicari contoh pada subyek tertentu untuk membuktikan apakah keteraturan yang bersifat umum tersebut berlaku.  Bila keteraturan berlaku pada subyek khusus maka subyek khusus itu merupakan bagian dari pernyataan umum. Dapat juga dikatakan bahwa deduksi bersifat tertutup karena kesimpulan yang diambil tidak boleh ditarik dari luar premis mayor. Asalkan semua premisnya benar, maka kesimpulan yang diambil secara deduktif juga akan benar. Deduksi ini banyak digunakan sampai sekarang untuk menjelaskan suatu bagian.  Proses deduksi adalah proses “jika-maka”. Dalam kenyataannya sering terjadi “jika, jika, dan jika, maka.”

Metode Induksi Dalam Sains dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) seorang filsuf dan matematikawan asal Inggris.  Bertolak dari sejumlah proposisi kecil dan khusus untuk menarik kesimpulan umum. 


Ilmuwan bergerak dari fenomena tunggal dan fakta yang ada untuk ditarik kesimpulan umumnya dan dinyatakan berlaku umum. Beda dengan metode deduksi yang sifatnya pasti, metode induksi kadang-kadang bersifat spekulatif. Sifat sementara dari hipotesis dipertahankan sampai ditemukan kebenaran baru. Tidak ada ukuran pasti apakah fakta yang kita gunakan sudah cukup untuk membuat sebuah generalisasi. Perdebatan tentang metode induksi
  • para rasionalis beranggapan obyektifitas dalam metode induksi cenderung reduksi
  • para rasionalis beranggapan para emperis telah dicemari oleh hipotesisnya sendiri untuk menarik kesimpulan
  • Fakta yang digali tidak pernah lengkap dan tidak pernah mencakup seluruhnya
  • Kebenarannya tidak pernah bersifat mutlak
Ada beberapa aturan yang dianut dalam metode induksi. Bacon memberikan beberapa kaidah metode induksi  untuk mereduksi perdebatan dari kaum rasionalis. Di antaranya :
a.    Bebas dari spekulasi (anggapan, dugaan, harapan, asumsi) agar terhindar dari “bias ilmiah” 
b.    Sedapatnya perhatikan dan catat fakta yang menjadi kontradiktif
c.     Adakan evaluasi setelah pengumpulan dan pencatatan fakta
d.    Ingatlah bahwa dalam proses induksi, sifat sementara harus senantiasa ada dalam pikiran
Ada beberapa kelemahan dari Metode Induksi ini yaitu : a. fakta yang diamati tidak dapat lepas dari persepsi manusia; b. fakta tidak pernah tampil sebagai fakta saja ; c. metode induksi tidak pernah lengkap.

Dalam metode induksi juga sering terjadi beberapa kesalahan dalam penarikan kesimpulan sehingga untuk menghindari hal tersebut b eberapa hal mesti diperhatikan untuk melegitimasi induktivisme: a. jumlah pernyataan yang berasal dari pengamatan harus banyak ; b. pengamatan harus diulangi dalam kondisi yang berbeda-beda; c. tidak boleh ada pernyataan yang berdasarkan pengamatan namun bertentangan dengan hukum universal

Penjabaran hukum dan teori ilmiah 



Catatan Kuliah. Malang, 28 Juli 



Jangan Lupakan Filsafat


Dari presentase dan diskusi  dengan topik pengetahuan dari waktu ke waktu dapat saya pahami bahwa pengetahuan, berdasarkan tingkatan kognisinya dibagi menjadi empat macam. 

1) Know that (tahu bahwa), merupakan pengetahuan yang sekadar berupa informasi. Tahu bahwa itu buku, itu gunung, itu lautan. Siswa tahu bahwa dalam sebuah atom terdapat partikel-partikel yang lebih kecil, tahu bahwa daun mempunyai klorofil. Pengetahuan dalam tataran ini masih bersifat mengandalkan ingatan.  

2) Know How (tahu bagaimana). Pengetahuan pada tataran ini lebih bersifat praktis dan lebih dikaitkan pada aspek keterampilan teknis. Pengetahuan di tingkat ini memerlukan pengetahuan teoritis sebagai pendukung skill. Para ilmuwan juga menggunakan tingkatan pengetahuan ini bilamana ilmuwan tersebut memanfaatkan berbagai peralatan teknis yang dibutuhkan untuk sebuah kegiatan penelitian di laboratorium atau di alam. 
3) Know about (tahu akan/mengenai). Pengetahuan ini bersifat spesifik karena diperoleh melalui pengenalan dan pengalaman individu dengan objek secara langsung. Pengetahuan pada tingkat ini sangat memerlukan pengetahuan teoritis yang mendalam. Tahu mengenai dapat diartikan bahwa seseorang tahu seluk belum sebuah objek, dan ia memiliki semacam “otoritas” untuk menjelaskannya. Jadi seseorang yang memiliki pengetahuan pada tingkat ini tidak sekadar memahami pengetahuan tersebut secara teoritis tetapi juga mampu atau telah memiliki pengalaman  menggunakan pengetahuannya. 

4) Know Why (tahu mengapa). Pengetahuan pada tingkatan ini jauh lebih mendalam daripada tingkatan pengetahuan yang sebelumnya sebab diperoleh melalui metodologi tertentu dan juga hasil elaborasi (penggarapan secara tekun dan cermat). Pengetahuan jenis ini biasanya lahir keingintahuan yang tak pernah berhenti. Setiap jawaban dari pertanyaan selalu melahirkan pertanyaan lainnya. Proses ini memberikan konstribusi besar dalam bangun pengetahuan manusia saat ini.
Dalam dunia ilmu pengetahuan alam yang telah berkembang telah melahirkan berbagai macam cara pandang manusia terhadap pengetahuan itu sendiri. Setidaknya ada tiga kelompok atau aliran besar yang muncul yaitu aliran skeptisisme, subjektivisme, dan relativisme.

Aliran skeptisisme cenderung bersikap bersikap skeptis melihat perubahan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran yang begitu cepat dan selalu berubah-ubah. Perubahan-perubahan yang terjadi itu membuat kelompok skeptisisme bosan. Tokoh skeptisisme yang terkenal adalah Gorgias (485-380SM). Sikap dasar kaum skeptisisme adalah manusia tidak pernah tahu apapun dan tidak boleh merasa pasti karena pengetahuan yang didapat dari waktu-ke waktu tidak pernah cukup.

Aliran kedua yakni aliran subjektivisme lahir dari penyikapan manusia atas banyaknya kekeliruan kekeliruan yang terjadi dalam penemuan pengetahuan. Teori dan hukum  yang dirumuskan setiap kali diperbaharui dan meninggalkan kesan bahwa penemuan baru belum tentu benar dan setiap saat bisa diruntuhkan. Mereka menyimpulkan, bahwa kebenaran hanya berlaku pada subjek-subjek tertentu.  Tokoh dari aliran ini adalah Desacartes. Pemikir menyatakan dan meyakini satu-satunya hal yang dapat kita ketahui dengan pasti adalah diri kita sendiri dan kegiatan sadar kita. Hal lain yang berada diluar kita dan di luar kesadaran kita tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Aliran ketiga adalah aliran relativisme. Menurut aliran ini, kebenaran dan kepastian yang ada saat ini dibisa diklaim oleh manusia dengan mutlak karena sifatnya yang selalu relatif. Sifatnya tidak selalu absolut karena bergantung pada subjek yang melihat, situasi dan kondisi saat itu, kebudayaan dan hukum-hukum yang berlaku pada saat itu, juga pandangan masyarakat akan kebaikan dan keburukan yang berlaku di daerah tersebut saat itu.


Catatan kuliah. Malang, 10 Juli 

Minggu, 14 April 2013

Guru yang Tahu Dia Tidak Tahu


Semua guru pasti pernah ditanya oleh muridnya (kecuali guru yang menutup pintu dialog). Berbagai pertanyaan dapat dilontarkan oleh murid, mulai yang dapat dijawab dengan mudah, samar-samar, sampai pertanyaan yang memang tidak bisa dijawab. Jika pertanyaan murid mudah dijawab, mungkin itu tidak menjadi masalah. Namun bagaimana jika ada murid yang pertanyaan yang benar-benar kita tidak tahu? Apa yang harus guru lakukan? Beberapa guru mungkin pernah merasa tidak nyaman dengan situasi seperti ini. 

Guru dengan tipe tidak siap menghadapi pertanyaan-pertanyaan cenderung menutup diri dengan berbagai cara dan alasan.  “Pura-pura” sibuk tidak mau diganggu atau memberikan kesan terburu-buru, sehingga murid yang kritis akhirnya mengurungkan niatnya bertanya.  Beberapa guru mengalami krisis kepercayaan diri memang cenderung menghinggapi guru saat harus mengajar di kelas berlevel pandai.  Tidak heran bila ada guru yang menolak secara halus bila ditugaskan mengajar di kelas unggulan.

Realitas sesungguhnya Guru adalah manusia biasa, BUKAN ensiklopedia berjalan. Guru pasti punya keterbatasan dan guru pasti punya tepi. Masalahnya adalah bagaimana menyampaikan pada murid agar mereka paham dan mau menerima keterbatasan tersebut. Sejumlah “petuah” pernah dikemukakan guru-guru senior.  Seorang guru yang pengabdiannya hampir 20 tahun dengan bijak mengatakan“Jangan pernah jatuh dihadapan murid. Kalaupun harus jatuh, jatuhlah dengan indah”.  Sebuah nasihat yang sarat makna terutama bagi guru-guru pemula. Filosofinya sederhana, guru adalah sosok yang ditiru, digugu, dan diteladani, jadi guru tidak boleh “cacat”  di mata murid-muridnya. Singkatnya guru adalah sosok jelmaan ilmu pengetahuan yang sempurna.  

Petuah bijak dari guru senior ini dapat diartikan positif sebagai motivasi bagi guru untuk terus meng update isi kepalanya dengan berbagai pengetahuan. Pesan yang ingin disampaikan rekan guru adalah jangan pernah terlihat bodoh di depan murid. Seandainya guru memang tidak dapat memberikan jawaban cobalah memberikan saran dimana jawaban itu dapat ditemukan. Paul Brandwein pernah menyatakan bahwa guru seharusnya tidak berkata “Saya tidak tahu”, mereka harus berkata “Itu bukan bidang saya”. Mungkin Paul Brandwein bercanda.

Saya jadi teringat sebuah perkuliahan Dr Sutrisno dan Prof Dr Herawaty Susilo di Universitas Negeri Malang. Saat mengajar kedua dosen ini betul-betul mengajar tanpa beban.  Setiap pertanyaan mahasiswa yang memang tidak dapat mereka jawab selalu dikatakannya terus terang. “Saya belum tahu itu” atau “saya tidak tau”. Mahasiswa akhirnya bukannya memandang remeh beliau tapi justru berbalik mengagumi keterusterangan mereka. Saya jadi susah membedakan sisi postitif antara sikap berterus terang dengan sikap berpura-pura tahu jika ditinjau dari perspektif siswa. Misalnya apakah anak SMP siap menerima jika guru menjawab “saya tidak tahu”  atas pertanyaan mereka.  Apakah jawaban pragmatis itu justru tidak membunuh rasa ingin tahu siswa atau mengikis kepercayaan mereka pada guru?

Seorang penulis buku sains terkenal, Tik L. Liem menuliskan guru yang baik adalah guru memiliki rasa humor. Tidak berarti guru itu harus seorang pelawak atau terus-terusan membuat cerita lucu. Rasa humor yang baik artinya guru harus mampu melihat kesalahannya sendiri serta menertawakan dirinya sendiri.  Guru secara leluasa dapat mengatakan “Saya tidak tahu” dan terkadang para siswa memang mengharapkan guru mengatakan tersebut atas beberapa pertanyaan mereka.  Tapi,  guru seyogyanya menyarankan tempat yang  dapat memberikan jawaban untuk pertanyaan mereka.  Guru harus tetap optimis dan bergembira menghadapi berbagai pertanyaan-pertanyaan antusias siswa.



Rabu, 03 April 2013

Selamat Pensiun Laptopku...


Malang, 27 Januari 2012. 
 Mungkin waktunya sudah tiba. Takdirnya cuma sampai dua tahun lebih sedikit. Laptop Compaq handal (setidaknya menurutku) yang sudah menemani aktifitasku selama dua lebih itu tiba-tiba ngadat saat ku restart akhir desember 2012. Layarnya tiba-tiba hitam dan tidak memunculkan tulisan apa-apa alias blank padahal mesin CPU berjalan normal seperti biasa. 

Dengan gusar dan sedikit penasaran, kucoba restart hingga beberapa kali, namun laptop berprosessor core i3 itu tidak juga menunjukkan aktfitas apa-apa. Hanya lampu LED di tombol capslock dan numslock yang berkedip sebanyak tiga kali dengan jeda waktu tertentu. Browsing sana sini akhirnya akhirnya ketemu artikel yang menjelaskan kedipan sebanyak 3 kali itu mengindikasikan modul memori mengalami masalah.

Dahiku sedikit mengkerut….kalau memang memorinya bermasalah, tidak masalah sebab harganya tidaklah seberapa. Aku hanya sedikit khawatir bagaimana dengan data-data tesis yang masih tersimpan dalam keping harddisk? Apakah masih bisa diselamatkan?

Banyak tulisan yang memberi tips yang menurutku agak masuk akal. Di antaranya, mencoba memencet tombol start selama 5 sampai 10 detik. Saran itu tidak mempan. Tetap saja si laptop tak kunjung sembuh. Ada yang kasih saran, laptop di letakkan di atas bantal atau selimut agar panas. 

Logikanya, dengan naiknya suhu system internal laptop dan sirkuit-sirkuit yang terdapat pada main board dapat dipaksa bekerja. Saran ini sama saja alias podowae. Si laptop tetap bandel….huffff nasib-nasib. Terbayang olehku jika tak lama lagi aku akan “terpaksa” punya laptop baru. Tapi aku belum menyerah…mungkin jalan terakhir adalah membawa  si Compaq hitam ke tukang services di kota. Ya its nice idea..

Keesokan paginya, tanpa menunggu sarapan, kupacu si beat menuju kota mamuju dengan harapan si kesehatan si laptop bakal pulih kembali. “Bisaki service laptop?” tanyaku pada seorang teknisi di altitude computer.

“Bisa pak. Dudukki,” jawabnya  ramah. 

Kuserahkan sang laptop dengan harap-harap cemas semoga bukan mainboardnya yang crashSetelah membuka penutup memori di belakang laptop, si teknis mencopot memori lalu memasangkannya dengan memori miliknya. Dan….silaptop tetap gak bereaksi.

Mainboardnya ini rusak pak,” vonisnya dingin.

Mate mi ja,” ucapku dalam hati.

“Jadi bagaimana solusinya?” tanyaku semakin cemas.

“Dibawa ke Makassar pak di service centernya. Tapi mahal itu , untuk ganti mainboard kira-kira 2,5 juta,” katanya enteng.

Dengan langkah gontai aku keluar dari toko itu. Ada rasa putus asa yang menyelinap ke dalam perasaanku. Kucoba menuju ke mahadewa computer. Siapa tahu di sana bisa memberikan punya “mantra-mantra” ajaib untuk menormalkan laptop kesayanganku ini. 

Tapi…hasilnya sama saja. Vonis bahwa main boardnya rusak harus kuterima.
Malamnya, si Compaq ku bongkar habis-habisan. “Sapa tau ada kabelnya putus atau dengan membongkarnya aku memperoleh sedikit keajaiban,” harapku dalam hati. Harapan tinggal harapan karena sama sekali tidak ada perubahan.

Beberapa artikel di dunia maya memberikan testimony kalau usia teknis laptop Compaq terbilang pendek dibandingkan laptop merk lain. Biasanya dua tahun usia pakai, laptop sudah rewel. Penyebabnya macam-macam. Salah satunya system sirkulasi udara dalam laptop tidak memadai karena penumpukan debu sehingga bila dipaksa bekerja dalam waktu lama akan timbul panas berlebih. Panas yang berlebih inilah yang dapat menjadi biang laptop kita menemui cepat menemui “ajal”. So, tambahkan kipas eksternal bila laptop sobat sering digunakan untuk waktu lama.

Meskipun di compaq sudah pensiun, namun harddisk beserta data-datanya dapat diselamatkan. Aku mengubahnya menjadi harddisk eksternal dengan menambahkan perangkat conection seharga Rp 120 ribu.   

Senin, 01 April 2013

Download Gratis Buku Rujukan Skripsi, Tesis, Disertasi

Mengerjakan tugas akhir tentu membutuhkan berbagai referensi terbaik dan kontekstual dengan permasalahan yang kita hadapi. Pengalaman mengggarap tugas akhir (tesis), terutama menemukan sumber-sumber rujukan, benar-benar menguras energi karena Dosen Pembimbing menuntut sumber yang valid, kredibel, terpercaya dengan penulis yang expert di bidangnya. Mencari jurnal atau buku sumber yang sesuai dengan kriteria tadi tidak semudah mencari di etalase toko-toko buku, bahkan sekelas Gramedia.

Pusing tidak menemukan buku-buku rujukan di berbagai toko buku, saya coba menelusuri sumber-sumber rujukan dengan bantuan Google. Penelitian saya kebetulan berkaitan dengan pembelajaran inkuiri. Beberapa buku sumber  yang berkaitan dengan permasalahan yang tuliskan memang bermunculan di gooogle book. Namun setelah di download ternyata, sebagian besar halamannya sengaja dihilangkan.  Buku-buku berbobot di perpustakaan goole rupanya buku-buku komersil.

Tak lelah mencari, akhirnya muncul juga sebuah situs yang benar-benar menyediakan buku gratis. Buku-buku dengan rentang harga 20 US dollar sampai 70 Us dollar (kalau dirupiahkan jadi mahal buat kantong PNS) dapat didownload free. Situs tersebut adalah www.nap.edu. Buku-buku yang disediakan National Akademik Press ini bukan buku murahan, tapi benar buku-buku berkualitas meskipun bagi mahasiswa sejenis saya masih kesulitan menerjemahkannya. Tapi urusan menerjemahkan urusan belakangan yang penting adalah tesis saya memiliki sandaran yang kredibel.

Berbagai jenis buku disiapkan oleh NAP di antaranya:
  • Agriculture
  • Behavioral and Social Sciences
  • Biology and Life Sciences
  • Computers and Information Technology
  • Conflict and Security Issues
  • Earth Sciences
  • Education
  • Energy and Energy Conservation
  • Engineering and Technology
  • Environment and Environmental Studies
  • Food & Nutrition
  • Health and Medicine
  • Industry and Labor
  • Math, Chemistry and Physics
  • Policy for Science and Technology
  • Science: Past and Future
  • Space and Aeronautics
  • Transportation and Infrastructure
 Anda tinggal pilih yang sesuai dengan bidang masing-masing.
Cara downloadnya sangat mudah,  caranya:
  1. Buka website www.nap.edu di browser
  2. register dengan mengklik bagian register



  1. Isikan email dan password Anda



  1. Jika sukses anda sudah leluasa mendownload buku-buku yang disiapkan. Sampe full satu lemari juga bisa.

Selamat hunting, semoga menemukan buku-buku rujukan yang tepat.  

Minggu, 31 Maret 2013

Jejak Kaki di Gunung Bromo (III)

Usai menyaksikan the famous sunrise, destinasi selanjutnya adalah ke TKP utama yaitu Gunung Bromo. Masih menggunakan pick up, rombongan kami pun meluncur turun menyusuri jalan yang masih berkelok-kelok. Menurutku kontur jalan dari Penanjakan ke Bromo terbilang curam. Kirinya jurang sebelah kanannya hutan. Kendati sudah diaspal, sopir dituntut waspada. Kondisi kendaraan, terutama rem, harus dalam performa terbaik. Sebab jika saja rem tiba-tiba blong, ya sudah…gelap! Di beberapa titik, ada papan peringatan “gunakan gigi 1 turunan curam”. Maksudnya dengan gigi 1 , laju kendaraan akan berkurang karena adanya engine break  jadi sopir tidak perlu menekan pedal rem terus menerus. Bisa hangus tu kampas.

Menggunakan pick up terasa jauh lebih nikmat. Benar! Kami lebih leluasa menikmati indahnya panorama pagi  dan segarnya udara hutan di sepanjang jalan. Apalagi, kawan-kawan terutama Pak Pras dan  Pak Yan selalu melucu, suasana jadi lebih fresh. Udara beku yang semalam kami rasakan perlahan mencair. Kalau pakai jeep, kendati lebih nyaman dan aman, tetapi kita gak akan seleluasa di atas pick up.



Saat punggung Gunung Batok yang bergurat-gurat anggun mulai terlihat jelas dibalik pepohonan, beberapa kawan  refleks  berseru “Ya Allah indahnya”…”Subhanallah indahnya”…”Menyesal seandainya aku tak ikut”. “Ayo pak, direkam…difoto!” seru Bu Baiq, kawan kami dari Lombok, sembari menyodorkan kameranya padaku. Yang lain juga tidak mau ketinggalan momen indah itu. Memang betul-betul indah!!

Tempat pertama yang kami tuju adalah padang savana. Savana Bromo,sebuah tempat yang terletak di selatan Gunung Bromo, terletak pada sebuah lembah hijau yang di kelilingi tebing-tebing menjulang tinggi dan beberapa punggungan gunung kecil (kami menyebutnya Bukit Teletabies). Padang rumput Bromo sangat luas. Jika ke savana anda akan merasakan seolah-olah tidak berada di Gunung Bromo. Kontras sekali karena jalur mencapai savana adalah lautan pasir. Spesies rumput dan herba yang tumbuh di Savana Bromo sangat unik karena di tempat lain aku tidak pernah melihat tanaman seperti itu sebelumnya. 


Kenyang menikmati kesegaran savana, mobil kami melaju menuju destinasi rakhir yaitu puncak Bromo. Kawasan ini di kelilingi lautan pasir yang cukup luas. Sekitar seratusan jeep nampak berjejer di parkiran khusus. Untuk mencapai puncak Bromo, kita harus berjalan kaki melewati hamparan pasir. Jika tidak kuat berjalan kaki anda bisa menunggang kuda. Uang sewanya antara Rp 25 ribu – Rp 100 ribu (tergantung nego). Beberapa kawan, terutama yang ibu-ibu, mengurungkan niat mendaki puncak akibat kelelahan.
 



Sebelum benar-benar mencapai puncak dan menyaksikan kawah gunung yang disucikan penduduk tengger itu, kami harus melewati 250 anak tangga yang terjal. Beruntung  hari itu bukan hari libur sehingga tangga yang lebarnya cuman satu meter itu tidak disesaki pengunjung. Benar-benar melelahkan! Tapi, Alhamdulillah karena rasa penasaran yang luar biasa, aku bersama Hamzah, Hana, Titin, Yan, dan Pras sampai juga di bibir kawah. Aroma belerang pun  menyeruak di hidung kami. Tepian kawah diberi pagar cor  untuk keamanan pengunjung.  Setiap tahun, penduduk Tengger yang beragama Hindu melabuhkan sesajen di kawah ini. Sesajen berupa hasil tani atau ternak diberikan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur mereka terhadap Sang Pencipta. 

Puas bermain di bibir kawah gunung yang sudah tiga kali meletus itu, kami pun bergegas turun. Hembusan angin yang menerbangkan pasir mulai bermunculan. Beberapa kali kami harus menutup rapat-rapat bagian kepala untuk menahan badai pasir. Sinar matahari juga semakin menyengat. Butuh waktu sekitar setengah jam untuk tiba kembali di pelataran parkir. Jejak kaki kami di hamparan pasir Bromo sudah menghilang tertiup angin. Namun jejak kenangan, kekaguman, dan kebersamaan kami telah melebur dalam butiran-butiran pasir  dan aroma edelweis Bromo.  

Kamis, 28 Maret 2013

Mengaplikasikan Bel Sekolah Otomatis

Berawal dari seringnya kepala sekolah "marah-marah" karena bel  telat dipukul sehingga kegiatan belajar sering molor dari waktu yang telah dijadwalkan, maka timbul ide kreatif untuk memasang bel otomatis berbasis komputer di sekolahku. Bel otomatis maksudnya adalah bel yang berbunyi dengan sendirinya sesuai dengan  time set up-nya. Kadang-kadang memang, para guru keasyikan ngobrolnya, termasuk guru piket, sehingga pada lupa memukul lonceng tanda masuk atau tanda istirahat. Kerap terjadi, guru yang mengajar di kelas jadi sering melongok dari pintu kelas, mengecek mengapa tak ada yang ada memukul lonceng. heheheee, capek mengajar!

Ditambah  lagi, sebuah SMP favorit di kota sudah  menggunakan bel jenis ini. Setiap pergantian pelajaran, terdengar suara merdu dalam Bahasa Inggris yang mengingatkan waktu pelajaran. Kedengarannya canggih gitu! Keadaan ini memaksaku untuk berpikir kreatif (ceileehhh). Kucoba mencari info dapat darimana tuh barang. Rupanya, kata kawan yang mengajar di SMP favorit itu, bel itu berbentuk software dan dibeli seharga Rp 2 juta. Bussyeettt! mahal kali. Kepsekku pasti menolak kalau uang segitu hanya untuk beli program. Dana darimana?

Dasar suka yang gratisan, kucoba tanya ama paman google. Alhamdulillah! software bel cukup banyak bertebaran di internet. Setelah mencoba berbagai jenis, pilihanku jatuh pada sebuah sofware bel yang meskipun sederhana, namun kesederhanaanya itulah yang membuat terpesona.  Sound default software masih sangat simple sehingga dibutuhkan modifikasi sound agar ketika dibunyikan, guru dan para siswa mengerti perintah bel tersebut. Cukup mudah membuat modifikasi sound. Kita bisa menggunakan sofware cool edit pro, yang juga cukup banyak di internet.

Agar lebih optimal, software bel yang  sudah dipadukan dengan sound modifikasi kita, dipasangkan pada komputer yang time set upnya sudah kita sesuaikan dengan jam pelajaran di sekolah. Kita juga harus menambahkan beberapa perangkat seperti amplifier atau sound mixer, serta beberapa speaker. Kalau di sekolahku cukup pasang tiga speker TOA. Dengan perangkat ini, suara bel lumayan sukses menggelegar sampai di sudut-sudut belakang sekolah. Kelemahannya, bel ini tidak akan terdengar kalau lagi mati lampu...heheheee. Jadi lonceng besi tetap disiagakan.

Kini,  kepala sekolah sudah gak ngomel-ngomel lagi tuh. Kawan-kawan guru pun sudah tidak saling menyalahkan  guru piket. Jadwal tepat dan belajar pun jadi cermat! Kalau kawan-kawan guru ingin coba bagaimana nyamannya mengaplikasikan bel ini di sekolah, silahkan download bel sekolah di sini. Aku benar-benar lupa di situs mana mendowload software ini, sehingga sumbernya tidak bisa aku cantumkan. Kepada pemiliknya mohon maaf ya!